Tangkapan layar Youtube Film Ketika Bung di Ende
Kisah pengasingan Bung Karno atau Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama di Ende menjadikan kisah nyata perjuangan sang Proklamator dan Founding Father ini untuk dikisahkan dalam.sebuah film dokumenter sejarah.Â
Viva Westi mengangkat kisah nyata ini dengan menyutradarai sekaligus menulis bersama dengan Tubagus Deddy. Mengkilasbalikan lagi dalam sebuah film yang berjudul "Ketika Bung di Ende"yang diproduksi tahun 2013.
Bung Karno diperankan oleh artis Baim Wong. Diangkat dari kisah nyata pada saat Bung Karno diasingkan di daerah terpencil Ende. Tepatnya di rumah pengasingan Jln. Perwira kampung Ambugaga Ende-Fkores-NTT.
Baim Wong sangat apik memerankan Bung Karno, dimulai sejak kedatangan Bung Karrno bersama istri ibu Inggit Ganarsih (Paramitha Rusady),  ibu Amsi, mertua bung Karno (Ninik L Karim) dan anak angkatnya Ratna Djuami atau Omi (Jessica CM Tumbelaka) tahun 1934 denan KM van Riebek  daru Surabatmya sampai tahun 1938. Selama 4 tahun di Ende.
Kisah perjuangan Bung Karno selama di Endr memberikan kisah sejarah yang historikak dimana di bawah pohon sukun Bung Karno sering merenungkan pemikiran-pemikirannya menjadikan ide-ide yang melahirkan butir-butir Pancasila.
Kisah heroik dan historikal ini diangkat oleh sutradara kondang Viva Westi. Kilas balik atau Napaktilas selama Bung Karno di Ende memberikan warna sejarah panjang lahirnya Pancasila.Â
Peran yang dimainkan beberapa artis dari ibukota mengangkat kisah sejarah yang apik dan menarik. Diproduseri dan didanai oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ini kembali untuk tidak melupakan sejarah panjang seperti yang didengungkan Bung Karno yang dijadikan jargon (Jasmerah) "Jangan sekali-kali melupakan sejarah".
Di kota kecil inilah Bung Karno berinteraksi dengan masyarakat di Ende, dengan tokoh-tokoh muda, tokoh agama manapun. Lebih-lebih dengan pastor-pastor Katolik. Menjadi teman diskusi. Di Ende Bung Karno belajar lebih mendalam agama Islam dan juga pluralisme
Kondisi yang sulit dalam pengasingan di sebuah rumah milik Haji Abdulah Ambuwaru di kota kecil membuat Bung Karno tidak hanya tinggal diam, Bung Karno sering ke perpustakaan Santo Arnoldus Ende dekat gereja Katedral Ende bertemu para pastor katolik untuk berdiskusi (sekarang menjadi Serambi Bung Karno).Â