Mohon tunggu...
Marcel Tri
Marcel Tri Mohon Tunggu... Jurnalis - Freelance
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni Sastra Budaya Ende Lio

9 Agustus 2022   11:58 Diperbarui: 9 Agustus 2022   12:25 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Ende-Flores, NTT mempunyai dua etnik yaitu Ende dan Lio. Kedua suku ini mempunyai gaya bahasa yang berbeda baik dalam.kata-kata maupun dialek atau logatnya, sehingga dari segi bahasanya suku Ende disebut ata Jao dan suku Lio disebut ata Ina.

Selain bahasa sehari-hari atau bahasa pasar, adapula bahasa adat dalam bentuk ungkapan kata-kata adat maupun berbentuk lagu mengandung nilai seni sastra yang sangat tinggi dan dipertahankan secara turun temurun hingga kini.

Ungkapan kata-kata adat hanya digunakan pada saat berbagai acara adat, baik dalam upacara pesta adat maupun acara ritual atau seremonial adat dan acara-acara lainnya yang berkaitan dengan adat.

Adapun seni sastra yang ada di Ende Lio, diantaranya.

1. Sua

Ungkapan kata-kata adat yang mengandung arti dan makna pada suatu benda untuk memperoleh kekuatan pada benda tersebut bila digunakan sebagai sarana.

2. Sua Sasa

Ungkapan kata-kata adat yang bersifat kutukan atau membalas/mengembalikan kejahatan yang dibuat oleh orang lain baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.

3. Sua Somba

Ungkapan kata-kata adat yang bersifat permohonan agar menjalankan sesuatu kegiatan tidak mendapat hambatan dari perbuatan manusia maupun alam.

4. Sua Sola

Ungkapan kata-kata adat yang bersifat permohonan agar dalam kegiatan atau usaha memperoleh hasil yang berlimpah atau yang memuaskan.

5. Bhea

Ungkapan kata-kata adat yang merupakan syair kebanggaan dari suku-suku atau kaum keluarga secara turun temurun diucapkan pada saat upacara seremonial adat dan juga awal dari tarian Woge.

6. Nijo

Ungkapan kata-kata adat atau doa dengan kata kunci atau Ine yang dilakukan oleh Ata Bhisa Mali (Dukun dalam proses penyembuhan orang sakit) seperti Nijo Ru'u (kena tulah) dan penyakit lainnya.

7. Nunga Nange

Berbagai jenis cerita rakyat seperti Mite, Sage, Legenda, dan lainnya. Diceritakan oleh orang tua pada saat senggang atau menjelang tidur dan juga pada saat memetik hasil panen.

8. Lota

Membaca tulisan naskah atau syair pada daun Wunu Keli (daun lontar) dalam bahasa dan tulisan Sansekerta. Hal ini merupakan suatu keanehan karena bahasanya tidak dimengerti tetapi orang senang mendengarnya. Membaca naskah Lota ini sebenarnya merupakan budaya Jawa atau luar yang telah menjadi akar budaya Ende Lio yang dipertahankan secara turun temurun hingga kini.

9. Sodha

Ungkapan kata-kata adat dengan nada pada acara Gawi. Susunan kata-katanya disesuaikan acara pesta adat yang diperuntukan. Sodha dibawakan oleh salah satu orang yang telah ditunjuk. Sodha Gawi tidak dibatasi dengan waktu dan yang paling unik yaitu syairnya tidak ditulis dan bukan semua orang menjadi pesodha melainkan hanya orang-orang tertentu.

10. Doja

Penyanyi menyanyikan lagu yang dilipersiapkan secara khusus dalam suatu acara baik dalam pesta adat maupun lagu pernikahan atau lagu hymne dinyanyikan secara serius dengan penuh penghayatan. Lagu-lagu yang dinyanyikan disebut juga lagu selamat.

11. Jenda

Dinyanyikan secara spontan atau tanpa teks oleh seseorang atau dua orang secara bergantian dengan syair pele neke seperti berbalas pantun pada acara pesta seremonial adat. Jenda biasanya dalam posisi duduk dan isinya antara lain mengisahkan perjalanan hidup, bila dinyanyikan oleh dua orang, kata-katanya merupakan sindiran.

12. Woi

Nada ratapan yang mengisahkan perjalanan hidup pasangan muda mudi yang menyedihkan dalam cerita rakyat Ende Lio dan ada pula Woi dilakukan para dukun atau Bhisa Mali dalam mengobati orang sakit dengan melagukan nada Woi dalam keadaan tanpa sadar untuk menelusuri penyebab sakit penyakit.

13. Peo Oro

Menyanyikan lagu-lagu tradisional oleh Peo (solo) yang dijawab oleh Oro (koor). Peo Oro ini sangat kaya, karena untuk mengatasi sesuatu pekerjaan yang berat menjadi ringan seperti:

- O Lea, lagu titi jagung .

- Rongi, membuka lahan atau kebun.

- Dowe Dera, menanam tanaman.

- Debu Dera, memanen padi.

14. Soka Ke atau Lai Lowo

Syair lagu untuk meninabobohkan anak dan lagunya hampir sama dengan Sodha, hanya syairnya merupakan kata-kata jenaka dan Soka Ke ini juga dipakai dalam acara Gawi yang tidak resmi disebut Sodha Lai Lowo.

15. Nde'o

Penyanyi menyanyikan lagu secara bebas baik secara serius maupun bersifat jenaka atau menghibur dalam berbagai acara. Nde'o ini berkembang menjadi pop Ende Lio dalam rekaman audio visual berbentuk kaset atau Kepingan lainnya yang berkembang pesat menjadi hasil produksi para seniman seniwati Kabupaten Ende. Next....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun