Mohon tunggu...
MARCELO PIERE OLOAN SIAGIAN
MARCELO PIERE OLOAN SIAGIAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relation Student - An Achiever at Satya Wacana Christian University

International Relations student keen on deciphering the intricate web of global politics and its intersection with cybersecurity and economy. Passionate about understanding international dynamics in the digital age and eager to contribute to discussions on global financial and security challenges. As an International Relations student, I am dedicated to shaping the future discourse at the nexus of global politics, cybersecurity, and economy. With a visionary approach to understanding international dynamics in our rapidly evolving digital era, I am poised to not only contribute to but also influence debates on pressing global financial and security challenges. My pursuit is clear: to be at the forefront of innovative thought and action in the international sphere.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keamanan Siber dan Politik Internasional: Sebuah Analisis Mengenai Dinamika Kontemporer

10 Oktober 2023   23:07 Diperbarui: 10 Oktober 2023   23:51 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafik menunjukkan peningkatan serangan siber dalam dekade terakhir

Di era digital saat ini, teknologi memainkan peran sentral dalam menentukan dinamika geopolitik dunia. Bagaimana dunia Cyber mempengaruhi hubungan antarnegara? Mari kita jelajahi lebih lanjut.

Dalam era globalisasi yang dipercepat oleh revolusi digital, teknologi informasi dan komunikasi telah merevolusi cara negara-negara berinteraksi dan berkomunikasi. Hal ini mempengaruhi dinamika tradisional hubungan internasional. Keamanan siber telah muncul sebagai isu sentral dalam perdebatan politik dan keamanan internasional.

Era digital menyajikan dunia dengan kemungkinan-kemungkinan yang hampir tak terbatas. Namun, kemajuan ini datang dengan biaya. Serangan siber menjadi semakin kompleks dan merusak, dengan aktor-aktor negara dan non-negara memanfaatkannya untuk tujuan politik, ekonomi, atau ideologis. Sebuah serangan keamanan siber bukan hanya ancaman bagi data dan privasi individu, tetapi juga dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan politik sebuah negara. Sedangkan, Keamanan siber bukan hanya soal teknologi. Ia berkaitan erat dengan geopolitik. Misalnya, kemampuan sebuah negara untuk melancarkan serangan siber terhadap infrastruktur kritis negara lain dapat memiliki dampak yang signifikan pada stabilitas regional atau global. Hal ini, pada gilirannya, dapat mempengaruhi hubungan bilateral dan multilateral, perdagangan, dan diplomasi. 

Keamanan Siber Sebagai Alat Diplomasi dan Konflik

Sebagaimana diilustrasikan oleh Dr. Arief Rahman dalam "Dinamika Digital dan Diplomasi", dunia siber telah menjadi instrumen diplomasi di abad ke-21. Serangan siber terhadap infrastruktur pemilihan AS mengungkapkan cara teknologi dapat digunakan untuk mempengaruhi dinamika politik sebuah negara. Mengingat keberagaman norma dan standar keamanan di berbagai negara, ada kebutuhan mendesak untuk konsensus internasional mengenai apa yang dianggap sebagai perilaku yang dapat diterima di dunia maya. Norma ini harus mencerminkan kepentingan dan nilai dari berbagai aktor di panggung internasional.

Dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi digital yang cepat, Indonesia menghadapi serangkaian tantangan unik dalam keamanan siber. Sebagai negara anggota ASEAN, ada peluang untuk memainkan peran kepemimpinan dalam menetapkan standar keamanan siber di kawasan ini. Tantangan keamanan siber adalah salah satu isu kritis yang dihadapi komunitas internasional di abad ke-21. Bagi Indonesia, memahami dan menanggapi tantangan ini adalah esensial untuk memastikan bahwa negara ini dapat memanfaatkan peluang era digital sambil memitigasi risikonya. Seperti halnya isu-isu hubungan internasional lainnya, kerjasama internasional akan krusial dalam mencari solusi untuk tantangan keamanan siber. 

Integrasi Keamanan Siber dengan Diplomasi Tradisional

Keamanan siber, meskipun relatif baru dalam lanskap diplomatik, kini mendapatkan prioritas yang setara dengan isu-isu keamanan tradisional seperti konflik bersenjata, perdagangan, dan hak asasi manusia. Pertimbangan keamanan siber telah ditempatkan pada agenda tingkat tinggi pertemuan bilateral dan multilateral, menggarisbawahi urgensi dan pentingnya isu ini.

Serangan siber ke infrastruktur kritis - seperti instalasi nuklir, sistem keuangan, atau jaringan listrik - memiliki potensi untuk menciptakan ketidakstabilan yang signifikan. Efek domino dari serangan semacam itu bisa melampaui kerusakan fisik atau finansial, menciptakan ketegangan politik dan bisa memicu konflik terbuka antara negara-negara. 

Pada saat dunia berjuang untuk menjembatani perbedaan norma dan standar keamanan siber, muncul pertanyaan etis. Apa yang dianggap sebagai tindakan perang di dunia maya? Kapan suatu serangan siber dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan? Pemahaman bersama mengenai batas-batas etis dalam operasi siber adalah penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun