Kisah terjadi di tahun 1995, ketika itu Joko (red. bukan nama sebenarnya) masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) dan sedang gemar-gemarnya memaca buku cerita silat bersambung Wiro Sableng karangan Alm. Bastian Tito. Kegemarannya ini didukung oleh ayah kandungnya yang seorang guru dan penggemar berat buku cerita ini.
Setiap edisi terbaru dari buku cerita ini pasti dibelinya dan dijadikan koleksi pribadinya sampai jumlahnya mendekati angka ratusan. Joko sangat bangga akan koleksinya tersebut sampai-sampai saat ke sekolah pun ia akan membawa beberapa buku koleksinya itu turut besertanya agar bisa dipamerkan ataupun dibaca di saat-saat lenggang di sekolah.
Suatu hari Joko membawa kurang lebih 30 buah buku koleksinya tersebut bersamanya ke sekolah. Disaat pulang sekolah ia diajak bermain "ding-dong" (istilah anak sekolah pada saat itu untuk 'game centre'). Dengan masih memakai pakaian sekolah lengkap dan tas penuh berisikan komik Wiro Sableng, Joko pun asyik bermain bersama teman-temannya.
Ditengah keasyikannya, tiba-tiba....... "Berhenti, kepada anak-anak yang masih berseragam sekolah harap ikut dengan petugas untuk diproses!" sebuah teriakan keras disertai perintah Joko dengar dari aparat kepolisian meminta dia dan teman-temannya untuk berhenti bermain dan dia serta teman-temannya pun segera digiring ke mobil Polisi yang diparkir tak jauh dari sana (pada saat itu belum di maksimalkan peran Satpol PP).
Perasaan takut, malu, dan lainnya campur baur menjadi satu di dalam diri joko pada saat itu. Dalam pemikirannya, "Bagaimana ceritanya nantinih, anak seorang guru ditangkap ketika main 'ding-dong' dan didalam tasnya kedapatan puluhan buku cerita Wiro Sableng?".
Ditengah kekalutan pikirannya, Joko di masukkan ke dalam sebuah mobil minibus, bukannya mobil pick-up seperti yang lainnya (mungkin karena pick-up nya sudah penuh. Pikirannya langsung bekerja, dan diam-diam dia keluarkan seluruh buku cerita Wiro Sableng yang dia bawa dan dia taruh di bawah bangku mobil pick up itu tanpa diketahui siapapun. "Huahhh......leganya!" pikiranya.
Setelah itu mereka dibawa ke kantor Polisi setempat dan diperiksa barang bawaan di dalam tas mereka. "Fuihhhh....untung saja sempat aku keluarkan, kalau tidak tambah lagi nih masalah! " kata Joko dalam hati. Selanjutnya mereka di berikan wejangan oleh Polisi dan diperingatkan oleh mereka bahwa pelajar tidak diperkenankan untuk bermain di jam-jam sekolah apalagi masih dengan seragamnya. Setelah briefing tersebut kami pun diperkenankan pulang dengan catatan di jemput oleh orang tua kami masing-masing.
Pengalaman hari itu begitu membekas di dalam ingatan Joko, terutama sekali satu pertanyaan yang mengganjal di dalam hatinya:
"ADA DIMANA KOLEKSI WIRO SABLENG KU SEKARANG?"
Mudah-mudahan saja koleksi itu jatuh ketangan Bapak Polisi yang memang hobi juga dengan buku cerita Wiro Sableng tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H