Mohon tunggu...
Marcella
Marcella Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang yang ingin menjadi penulis.

.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesehatan Mental Remaja Menurun, Kok Bisa Ya?

2 Juli 2021   15:00 Diperbarui: 2 Juli 2021   15:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

            Pandemi, sebuah kata yang sudah tidak asing dalam satu tahun terakhir. Pandemi yang memberikan banyak perubahan di dunia, termasuk perubahan dalam kesehatan. Perubahan kesehatan ini terjadi secara fisik maupun psikis, dan berdampak cukup besar bagi kalangan anak sekolah. Semenjak diresmikannya sekolah daring, banyak perubahan yang dialami oleh anak sekolah. Kondisi seperti Insomnia, overthinking, dan emosi yang tidak stabil sudah menjadi makanan sehari-hari.

            Hal ini diawali semenjak diresmikannya School from Home (SFH) atau yang biasa disebut sekolah daring. Keadaan ini membuat para remaja memiliki tekanan yang besar baik dari tugas maupun suasana yang ada di sekitarnya. Gangguan yang terlihat adalah perubahan pola makan dan pola tidur secara drastis, karena pikiran yang berlebihan. Selain itu, ketika berada di rumah, tentu ada suasana yang tidak terlalu mengenakkan, dan para remaja pun cenderung merasa bosan dan stress. Mengapa demikian?

            Ibu Florentina Rianita S.Pd., salah seorang guru di salah satu SMK di Tangerang, menuturkan bahwa perbedaan dalam daring dan luring sangat signifikan karena adanya interaksi yang berbeda. Komunikasi tatap muka merupakan hiburan ketika sedang jenuh, berbeda dengan daring yang cenderung membuat remaja merasa jenuh, dan cenderung stress.

            Saya merasa bahwa itu merupakan hal yang masuk akal terjadi selama pandemi ini, karena ketika berada di sekolah pasti sangat berbeda dengan di rumah. Walaupun pergi ke sekolah kadang terasa lelah, namun itu merupakan hal yang menyenangkan. Berbeda dengan keadaan saat daring, remaja cenderung hanya menatap barang elektroniknya seharian. Sehingga hal tersebut dapat memicu perubahan terhadap kesehatan remaja, baik kesehatan matanya maupun emosi yang berubah-ubah.

            Beliau juga menuturkan bahwa dalam keadaan tertekan seperti ini, kita tentu saja boleh membagikannya dengan orang lain, namun tidak secara berlebihan. Kita harus lebih selektif dalam mencurahkan sesuatu, sehingga tidak mempengaruhi pihak lain. Namun jika tidak ingin mencurahkannya, apa yang bisa kita lakukan?

             PTEYL atau Positive Thinking & Enjoy Your Life menjadi salah satu solusi dalam menghadapi keadaan ini. PTEYL sendiri bisa dijadikan salah satu motto ketika merasa kesulitan dalam menghadapi masalah, karena hidup akan terasa lebih ‘hidup’ jika kita melakukannya dengan sepenuh hati dan pembawaan yang positif. Selain itu, kita juga harus belajar untuk menata kembali kehidupan kita untuk lebih teratur, sehingga si tekanan sulit untuk menetap dalam kehidupan.

            Pandemi bukanlah halangan dalam mengembangkan diri, tetapi sebuah kesempatan untuk mengembangkan diri lebih baik lagi. Tekanan yang dirasakan oleh remaja merupakan hal yang wajar selama pandemi, namun bukan dengan mengatasnamakan kewajaran lalu kita membiarkannya begitu saja. Belajar untuk melawannya dan bangkit merupakan hal yang wajib untuk dilakukan, karena itu bukanlah hal yang sepele.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun