Kemunculan AI (Artificial Intelligence) atau yang lebih dikenal sebagai kecerdasan buatan menggemparkan diberbagai kalangan. Kecerdasan buatan yang terkenal saat ini yakni ChatGPT, Tome AI, dan AI lainnya. Kemunculan AI membuat beberapa profesi ketar-ketir, khawatir profesinya tergeser dengan kemampuan mesin. Salah satunya penulis. Penulis khawatir kehadirannya akan tergantikan dengan kecerdasan buatan, begitu juga dengan pengajar yang khawatir siswanya memanfaatkan kecerdasan buatan tersebut untuk menyelesaikan tugasnya. Padahal, kecerdasan tidak bisa menggantikan kemampuan otak manusia secara penuh.
Logika sederhananya, kehadiran kecerdasan buatan dirancang oleh manusia, tetapi tak ada kehadiran manusia yang dirancang oleh kecerdasan buatan.
Perkembangan teknologi makin pesat pada dua tahun terakhir. Pandemi covid-19 memaksa (khususnya masyarakat Indonesia) untuk “melek” teknologi dalam melangsungkan kehidupan. Hingga pada akhirnya teknologi terbukti mampu membantu, mempermudah, hingga memperingkas pekerjaan manusia. Begitu juga dengan kecerdasan buatan yang kemunculannya tak bisa kita hindari. Alih-alih kita tak ingin ketinggalan perkembangan teknologi, justru kita harus memanfaatkan dan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari perkembangan teknologi.
Kecerdasan buatan yang tampaknya sangat canggih dan mampu menjawab semua kebutuhan manusia, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan, seperti kreatifitas, rasa empati, sikap kritis, yang menjadi modal utama seorang penulis.
Kecerdasan Buatan tidak bisa Menggantikan Kreatifitas Manusia
Kecerdasan buatan atau AI telah membuat kemajuan yang signifikan dalam meniru kemampuan otak manusia dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit, kecerdasan buatan masih memiliki keterbatasan dalam meniru kemampuan kreatifitas manusia. Kreatifitas manusia melibatkan kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru, orisinal, dan unik yang tidak hanya didasarkan pada pengetahuan atau data yang ada. Kreatifitas melibatkan kemampuan untuk berimajinasi dan membuat sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.
Meskipun kecerdasan buatan dapat membantu manusia dalam melakukan tugas-tugas yang memerlukan pemrosesan data yang kompleks, kecerdasan buatan tidak dapat menciptakan karya seni yang orisinal atau menghasilkan ide-ide baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya tanpa bantuan manusia.
Kreatifitas manusia melibatkan konteks, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan pemahaman yang tidak dapat diproses oleh kecerdasan buatan dengan cara yang sama seperti manusia. Kreatifitas manusia juga melibatkan aspek subjektif yang terkait dengan keunikan persepsi, pengalaman dan gaya individu, yang sulit untuk ditiru oleh kecerdasan buatan.
Oleh karena itu, meskipun kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang berguna bagi para seniman dan kreatif, mereka tidak dapat menggantikan kreatifitas manusia. Bahkan, kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang membantu manusia dalam meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan ide-ide baru. Namun, kreatifitas tetap menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh teknologi.
Kecerdasan Buatan tidak Memiliki Empati
Kecerdasan buatan atau AI pada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk merasakan atau memahami emosi seperti halnya manusia, termasuk kemampuan empati. Namun, seperti penulis, manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan empati melalui pengalaman dan interaksi sosial yang berbeda dengan orang lain.
Kemampuan empati merupakan kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, dan merupakan kemampuan yang penting dalam banyak aspek kehidupan manusia, seperti dalam hubungan interpersonal, komunikasi, dan kepemimpinan. Penulis dapat memperkuat kemampuan empati mereka melalui pengalaman yang bervariasi dan pengetahuan tentang berbagai pengalaman manusia.
Kecerdasan Buatan hanya Membantu Penulis
Kecerdasan buatan atau AI dapat dimanfaatkan untuk membantu penulis dalam beberapa hal. Diantaranya pencarian informasi, kecerdasan buatan dapat membantu penulis dalam mencari informasi dan referensi yang diperlukan untuk menulis sebuah karya. Dengan kecerdasan buatan, penulis dapat mengekstraksi data dari berbagai sumber dan menyusunnya menjadi sebuah laporan atau artikel yang lebih komprehensif.