Mohon tunggu...
Marcel Linus
Marcel Linus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mendalami Sejarah, Geopolitik, Hubungan Internasional, Politik Luar Negeri, dan Ekonomi Global

Selanjutnya

Tutup

Politik

War Cabinet Israel Dibubarkan, Akankah Mengakhiri Genosida di Gaza?

17 Juni 2024   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2024   23:51 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, Membubarkan War Cabinet (inews.id) 

Netanyahu baru saja membubarkan War Cabinet atau kabinet perang hari ini, 17 Juni 2023. Apakah ini pertanda dari berakhirnya perang di Gaza? Akankah ini menjadi akhir dari pemerintahan Netanyahu yang sudah sangat unpopular di mata masyarakatnya?

War Cabinet adalah sebuah kabinet yang di isi oleh orang-orang khusus, forum seperti ini sesuai dengan namanya sering kali terbentuk ketika suatu negara menghadapi perang atau konflik dengan negara lain maupun organisasi teroris, pembentukan war cabinet bisa kita jumpai juga di negara Amerika Serikat sesaat setelah negara Paman Sam ini mengalami aksi teror terbesar sepanjang sejarah AS bahkan dunia, yaitu peristiwa 9/11.

Bush's War Cabinet Sesaat Setelah Insiden 9/11 (washingtonpost.com) 
Bush's War Cabinet Sesaat Setelah Insiden 9/11 (washingtonpost.com) 
Kunci dari kabinet perang sudah pasti sangat krusial kontribusinya dalam menyusun strategi dalam jalannya suatu perang, namun jika kabinet ini mengalami kendala dalam proses penyusunannya, tentu akan berdampak pada jalannya perang. Skenario dari kegagalan war cabinet terlihat sangat jelas di Israel. Kabinet perang Israel dibentuk pada tanggal 11 Oktober 2023, sesaat setelah perang antara Hamas dan Israel pecah.

Konflik Antara Netanyahu Dengan Benny Gantz Menjadi Alasan Bubarnya War Cabinet

Kabinet perang Israel dipenuhi oleh beragam kontroversi. Sebelumnya Benny Gantz, mantan Kepala Staff Umum Israel Defense Force (IDF) periode 2012-2015 dan juga anggota dari National Unity Party (NUP), memutuskan untuk mengundurkan diri dari War Cabinet setelah rekomendasi rencana rekonstruksi pasca perang Gantz ditolak oleh Benjamin Netanyahu. Adapun isi dari rencana rekonstrusi atau dikenal dengan Benny Gantz's 6 Points Strategy itu sebagai berikut:

1. Mengembalikan tahanan perang;
2. Hancurkan Hamas;
3. Aliansi antara Amerika Serikat, Eropa, Arab, dan Palestina dalam merekonstruksi Gaza;
4. Kembalinya penduduk Israel;
5. Normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi;
6. Pembentukan dinas atau layanan militer baru.

Benny Gantz pun secara gamblang mengatakan dirinya akan mundur di tanggal 8 Juni jika rekomendasi tersebut tidak dihiraukan oleh Netanyahu. "If you put the national over personal, and choose to follow in the footsteps of Herzl, Ben Gurion, Begin and Rabin, you will in us partners in the struggle. But if you choose the path of fanatics and lead the entire nation to the abyss, we will be force to quit the government" ungkapan Benny Gantz pada pidatonya 23 Mei 2024 lalu. Pada akhirnya Ia memang mundur pada 9 Juni 2024 lalu diikuti oleh pengunduran diri Gadi Eisenkon yang merupakan salah satu dari enam anggota War Cabinet Israel.

Anggota War Cabinet yang Didirikan Benjamin Netanyahu Sejak 11 Oktober 2024 (msn.com) 
Anggota War Cabinet yang Didirikan Benjamin Netanyahu Sejak 11 Oktober 2024 (msn.com) 

Mengutip dari AP News, kemunduran Benny Gantz memainkan peran yang sangat krusial dari bubarnya War Cabinet. Namun hasil dari upaya pembubaran ini tidak berbuah pada keinginan Netanyahu untuk menghentikan perang di Front Gaza, melainkan pembubaran ini bertujuan untuk menciptakan forum yang lebih kecil dan efisien dalam memengaruhi jalannya perang yang sedang berlangsung, apalagi belakangan ini banyaknya tuntutan datang dari anggota kabinet Netanyahu yang berasal dari spektrum politik Far-Right untuk menyerang Lebanon Selatan, salah satunya Itamar Ben Gvir yang sangat mencolok sebagai warmonger, Ia salah satu orang yang ingin menghancurkan Hamas dan memperluas pendudukan Israel di Gaza.

Perang di Gaza Masih Populer di Mata Masyarakat Israel

Pandangan Masyarakat Israel Terhadap Perang di Gaza | Pew Research Center 
Pandangan Masyarakat Israel Terhadap Perang di Gaza | Pew Research Center 

Pada akhirnya, perang ini akan tetap berlanjut selama Netanyahu membiarkan dirinya menjadi boneka dari koalisi pemerintahannya yang dipenuhi dengan orang-orang radikal sayap kanan. Netanyahu pun menganggap perang ini sebagai benteng pertahanan terakhir dari masa pemerintahannya yang sudah sangat kontroversial. Jika kita melihat respon rakyat Israel terhadap perang ini memang cenderung positif, bagi warga mayoritas Israel, yang menjadi bibir hangat bukanlah perang dan tindakan genosida IDF di Gaza, namun lebih mengarah ke unpopular government kabinet pemerintahan Benjamin Netanyahu. Pernyataan ini pun didukung oleh hasil penelitian Pew Research Center di atas yang menunjukkan hasil jajak pendapat masyarakat Israel dari sisi Orang Yahudi maupun Orang Arab dalam menilai proses peperangan di Front Gaza.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun