Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ternyata Elektabilitas Ahok-Djarot Sudah Stagnan

20 April 2017   10:34 Diperbarui: 20 April 2017   10:58 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil hitung cepat pilgub DKI 19 April 2017 telah diumumkan oleh beberapa lembaga survey dan telah menempatkan Anies -Sandiaga sebagai pemenang dengan perolehan suara pada kisaran 58 % dan Ahok-Djarot pada angka sekitar  42 % seperti hasil hitung cepat Litbang Kompas.
Berkaitan dengan perolehan suara Ahok -Djarot ini   ada 3 momen yang berbeda tetapi menunjukkan hasil yang hampir sama
Pada 23 September 2016 telah mendaptar di KPU DKI 3 pasangan calon yaitu Agus-Sylvi,Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Basuki Tjahaja Purnama -Djarot Syaiful Hidayat.


Pada 6 Oktober 2016 ,Populi Centre me rilis hasil survey tentang tingkat elektabilitas masing masing pasangan calon  (paslon) dengan hasil sebagai berikut: 1).Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat 45,5 %,2).Anies Baswedan-Sandiaga Uno 23,5% dan 3).Agus Yudhoyono-Sylviana Murni 15,8 %.Survey dilaksanakan 25 September s/d 1 Oktober 2016.(detiknews,6 Oktober 2016).


Kemudian hasil  final perhitungan suara Pilgub DKI putaran pertama adalah: 1).Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat 42,99 %,2).Anies Baswedan-Sandiaga Uno 39,95%     dan 3).Agus Yudhoyono-Sylviana Murni 17,05 %. Jika dibandingkan hasil survey 6 Oktober 2016 dengan hasil final perhitungan suara Pilgub putaran pertama maka angka perolehan suara Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni hampir sama atau dengan selisih sekitar 3 % lebih rendah dari hasil survey untuk Basuki -Djarot dan 1, 25 % lebih tinggi untuk Agus-Sylvi.


Hasil survey elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama pada oktober tahun lalu tersebut belum terlalu dipengaruhi oleh kasus penistaan agama karena ucapan Ahok tentang Al Maidah 51 di Kepulauan Seribu memang tanggal 27 September tetapi hal tersebut baru menjadi perhatian publik pada 5 Oktober ketika Buny Yani memposting potongan video pidato Ahok  itu di akunnya. Dengan membandingkan hasil survey bulan oktober dengan perolehan suara riil Ahok-Djarot pada Pilgub putaran pertama  dan hasil hitung cepat pilgub putaran kedua maka muncul kesan tingkat elektabilitas pasangan petahana itu semenjak pencalonannya sudah jalan di tempat atau stagnan.
Tentang perolehan suara Ahok-Djarot pada 3 momen tersebut ada hal yang menarik.


Beberapa survey yang mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Ahok-Djarot selama memimpin DKI cukup tinggi,diatas 50 % bahkan ada survey yang merilis tingkat kepuasan tersebut mencapai angka 70%.Tetapi kenapa tingkat kepuasan masyarakat ini tidak sama dan sebangun dengan hasil yang diperoleh pasangan petahana tersebut? Sepanjang yang dicermati dan sejalan dengan berbagai analisa yang dikemukakan para pengamat  ada 3 hal utama yang menyebabkan perolehan suara mereka tidak sebanding dengan tingkat kepuasan masyarakat  yaitu (1).Dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok,(2).Penggusuran yang dillakukannya dan (3) .Caranya berkomunikasi.


Tentang bagaimana kerasnya reaksi ummat Islam terhadap dugaan penistaan agama yang dilakukannya telah sama sama kita saksikan terutama melalui Aksi Bela Islam I,II dan III yang kita kenal juga sebagai Aksi 1410,411 dan 212.Kemudian lanjut lagi dengan Aksi 122. Dengan reaksi dan berbagai protes ummat Islam diperkirakan merupakan faktor terbesar yang menyebabkan perolehan suara pasangan petahana tersebut hanya berkisar pada angka 42 %. Menyikapi perolehan suara pada pilgub putaran pertama maka terlihat Timses Ahok-Djarot melakukan langkah langkah:


Pertama,menunjukkan komitmen kedekatan dengan Islam
Dengan kuatnya gempuran tentang sentimen agama ini maka terlihat menjelang putaran kedua pasangan petahana ini mengemukakan berbagai program yang sudah dan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan Islam apabila mereka terpilih lagi nanti.


Pasangan petahana menyatakan mereka telah membangun Mesjid Fatahillah di Balai Kota DKI dan nantinya akan membangun 6 (enam) mesjid raya masing masing satu disetiap wilayah administratif DKI yaitu Jakarta Pusat,Jakarta Utara,Jakarta Timur ,Jakarta Selatan,Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu.Hal lain yang dikemukakan ialah pada setiap tahunnya telah meng umrahkan puluhan marbot(petugas ) mesjid .Malahan Ahok  pada pertemuan dengan GP Ansor juga mengemukakan keinginannya untuk mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin di Jakarta.


Kuat dugaan pasangan petahana ini merasa belum cukup dengan upaya yang demikian maka berbagai langkah terus dilakukan maka mereka serasa memperoleh amunisi baru ketika Gerakan Pemuda Ansor menyatakan dukungannya kemudian juga Partai Persatuan Pembangunan kubu Djan Faridz yang telah lebih awal mendukung kemudian disusul oleh PPP kubu Romahurmuzij.

Dukungan politik kepada mereka bertambah lagi ketika Partai Kebangkitan Bangsa ikut serta dalam barisan Ahok-Djarot.
Terhadap itu semua tentu wajar muncul pertanyaan sebelum 19 /4 apakah pemaparan hasil kerja maupun rencana kedepan yang berkaitan dengan ummat Islam serta dukungan politis ormas pemuda maupun parpol yang berbasiskan Islam itu akan dapat menaikkan elektabilitas mereka pada putaran kedua nanti.Dukungan PPP dan PKB misalnya apakah akan diikuti oleh anggota/simpatisan nya terutama massa yang berada pada akar rumput ( grass root) kedua partai ini. Kalau massa akar rumput tidak memilih pasangan petahana maka dukungan kedua parpol Islam tersebut tidak lebih dari sebatas dukungan simbolik politis dalam kaitan taktis pragmatis dalam perpolitikan nasional. 

Kemudian hal lainnya yang menjadi titik lemah Ahok-Djarot ialah yang berhubungan dengan penggusuran yang dilakukannya.Walaupun paslon nomor dua ini selalu menyatakan yang dilakukan bukan penggusuran tetapi relokasi dengan memindahkan penduduk ke rumah rumah susun yang lebih layak huni tetapi setiap penggusuran selalu menyajikan drama kemanusiaan yang membuat orang lain terharu dan tindakan tindakan yang demikian menyebabkan berkurangnya simpati masyarakat kepada pasangan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun