Medan boleh berbangga karena di Indonesia sampai sekarang baru di Medan lah ada Kereta Api Bandara yang menghubungkan Medan dan Bandara Internasional Kuala Namu Internasional Airport.Banyak penumpang pesawat udara yang memilih menggunakan Kereta Api karena gerbong kereta apinya bersih harum ada wi fi gratis ,full AC dan waktu tempuh berkisar pada 30-47 menit,bebas macet .
Kalau naik kenderaan darat lainnya dari pusat kota ke Bandara Kuala Namu membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam dan kalau ada kemacetannlalu lintas tentu waktu tempuh bertambah lagi.Kereta Api Bandara mempunyai kapasitas penumpang 308 orang yang berada pada 4 set rangkaian Kereta Rel Diesel buatan Woojin Korea Selatan.Frekwensi perjalanan dalam satu hari 20 kali pulang pergi dan saat ini harga tiket Rp.100.000/ orang.Sekarang ini penumpang yang diangkut rata rata 2.500 orang perhati dan ditargetkan akan meningkat menjadi 3000 orang.Kereta Api Bandara ini dilola oleh PT Railink Indonesia anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia.
Tapi itu adalah cerita kereta api sekarang lalu bagaimana cerita kereta api jaman dahulu di Sumatera Utara.
Kedatangan Jacob Nienhuys pada tahun 1863 telah mengobah keadaan perekonomian di Sumatera Timur karena ia mulai mendirikan perkebunan dengan nama perusahaan Deli Maatschappij setelah mendapat konsesi tanah dari Kesultanan Deli.Ternyata wilayah Sumatera Timur sangat subur untuk perkebunan terutama untuk tembakau pada kawasan antara Sungai Wampu dan Sungai Ular karena tembakau yang dihasilkan merupakan pembalut cerutu terbaik di dunia sehingga sangat terkenal lah nama Tembakau Deli di dunia internasional.
Dengan tumbuhnya perkebunan maka Medan dan sekitarnya atau yang disebut Tanah Deli semakin maju pesat sehingga muncul julukan sebagai "Het dollar land".Perusahaan perkebunan tidak hanya menanam tembakau tapi juga karet.
Hasil produksi perkebunan yang semakin banyak tentu membutuhkan angkutan dan "dimana ada gula disitu ada semut",peluang ini dimanfaatkan dengan sebaik baiknya oleh para pengusaha Belanda dengan mendirikan perusahaan kereta api.Sejalan dengan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda  23 Januari 1883 berdirilah perusahaan kereta api dengan nama Deli Spoorweg Maatschappij yang disingkat dengan DSM.Selanjutnya perusahaan atau maaatschappij ini merealisasikan pembangunan rel kereta api pertama jurusan Medan Labuhan ,jarak sekitar 16,7 km yang diresmikan pengoperasiannya 25 Juli 1886 dan itulah titik tolak sejarah perkereta apian di Sumatera Utara.
Sejalan dengan perkembanangan politik di Indonesia maka sekitar tahun 1960 Â ,DSM di nasionalisasi sehingga sekarang menjadi PT Kereta Api Indonesia dan operasionalnya dibawah kendali PT KAI Divisi Regional Sumatera Utara dan Aceh.
Sekarang ini perusahaan perkebunan di Sumatera Utara semakin berkembang dan tentunya membutuhkan angkutan darat terutama untuk mengangkut hasil produksinya ke pelabuhan laut Belawan.
Berdasarkan penjelasan Rapino Situmorang ,Manajer Corporate PT KAI Divre Sumut dan Aceh kepada Harian Sinar Indonesia Baru,Medan,tanggal 10 September 2015 ,hingga Semester I tahun 2015 PT KAI sudah mengangkut barang sebanyak 285.886 ton terdiri dari Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 159.712 ton sedangkan pada keseluruhan tahun 2014 PT KAI telah mengangkut barang 642.093 Ton.Pengangkutan hasil perkebunan tentu menjanjikan peliang yang besar karena potensi CPO yang diproduksi beberapa perusahaan di Sumut mencapai 3.500.000 ton dan potensi lateks .80.000 ton.
PT KAI juga menyiapkan gerbong untuk mengangkut barang cair seperti minyak CPO,Palm Kamel Oli (PKO ) dan lateks.Sementara jumlah penumpang orang yang diangkut rata rata 6.420 orang per hari.Terlihatlah betapa pentingnya arti kereta api terutama untuk mengangkut barang di Sumatera Utara .Sangat sulit dibayangkan bagaimana padatnya jalan raya apabila tidak ada kereta api yang mengangkut barang.Karenanya sudah tepatlah pilihan pemerintah untuk membangun dan mengembangkan Trans Sumatera Railway.
Dirgahayu Kereta Api Indonesia!