Sewaktu menulis artikel ini saya ditemani seorang ponakan. Ketika judul artikel ini saya tunjukkan pada ponakan itu, ia langsung bertanya, "Siapa Wak, Jan Ethes itu?" (ponakan itu menyapa saya dengan Wak, tutur untuk abang ayahnya. Ponakan itu sekarang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Medan).
Saya diam belum menjawab. Kemudian saya menanyanya lagi. "Menurutmu Jan Ethes itu siapa?"
Sesudah berpikir sejenak, ia menjawab. "Yang saya tahu, Jan Ethes itu cucu Jokowi. Kalau nama politisi, maaf, Wak, saya kurang ikuti perkembangannya. Tapi setahuku tidak ada nama politisi seperti itu."
"Kau benar," kata saya. Jan Ethes itu nama cucu Jokowi dan bukan nama politisi.
"Jan Ethes kan masih anak-anak, Wak, lalu mengapa ada yang mau melaporkannya ke Bawaslu. Bawaslu kan singkatan dari Badan Pengawas Pemilu. Apa salah anak kecil itu?" ujarnya.
Dialog singkat saya dengan ponakan itu mungkin juga merupakan gambaran umum bagi sebahagian publik sehubungan dengan adanya berita yang menyebut ada yang menanyakan ke Bawaslu berkaitan dengan peran putra Gibran itu.
Terhadap berita yang demikian, Jokowi, sang kakek juga telah menyampaikan komentarnya.
Di Surabaya, di depan ribuan pendukungnya di pelataran Tugu Pahlawan pada Sabtu, 2 Februari 2019, Jokowi mengungkapkan keheranannya mengapa ada politikus yang mempersoalkan kebersamaannya dengan sang cucu, Jan Ethes.
"Ini lagi ada yang menurut saya lucu banget. Masak saya main sama cucu saya nggak boleh?" ujar Jokowi.
Kemudian kakek Jan Ethes itu menyatakan lagi, "Masak saya main bom bom car sama cucu nggak boleh." (Kompas .com, 2/2/2019).
Jokowi menyatakan lagi, bahkan sampai ada politikus yang berencana melaporkan kebersamaannya dengan Jan Ethes itu ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).