Walaupun bukan pebisnis, tetapi saya selalu tertarik untuk mencermati pertarungan bisnis yang ada di negeri ini.
Yang menarik itu ialah membaca kiat-kiat yang dilakukan oleh sebuah brand baru yang berani terjun pada pasar yang sudah dominan dikuasai oleh merek merek tertentu.
Salah satu yang menarik perhatian itu ialah all outnya Wuling masuk dalam rimba raya pertarungan otomotif di negeri ini.
Seperti diketahui pasaran otomotif di negara yang paling banyak penduduknya di Asia Tenggara ini sudah lama didominasi merek yang berasal dari negeri Sakura.
Toyota, Honda, Mitsubishi, Daihatsu, Mazda, hingga Nissan adalah sederetan nama merek yang sejak tahun 70-an sudah merajai jalanan Indonesia.
Sekedar gambaran bagaimana perkasanya mobil merek asal Jepang bisa dilihat dari data penjualan mobil tahun 2017.
Berdasarkan rilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pencapaian wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) kendaraan roda empat sepanjang 2017 mencapai 1.079.308 Â atau lebih tinggi dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 1.062.716 unit.
Toyota masih kokoh di posisi puncak dengan penjualan sebanyak 371.332 unit atau 34,40 persen. Sementara di posisi kedua ditempati Honda sebesar 186.859 unit atau 17,31 persen dari pangsa pasar.
Untuk posisi ketiga diduduki Daihatsu dengan penjualan mencapai 186.381 unit atau 17,27 persen, disusul Misubishi pada posisi keempat yang menorehkan angka 121.395 unt atau 11,25 persen. Pada posisi kelima bertengger Suzuki yang mencatat 111.660 unit atau 10,35 persen dan pada peringkat keenam Nissan sebesar 14.488 unit atau 1,34 persen.
Dengan data tersebut terlihatlah betapa perkasanya mobil merek merek Jepang di negeri ini.
Sekedar catatan, selain mobil merek Jepang itu, di negeri ini juga masih hadir mobil buatan Korea seperti Hyundai, Daewoo dan merek lainnya.