Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi Bangun Jalan Tol Trans Sumatera, Teringat Jenderal Mokoginta

15 Desember 2018   21:23 Diperbarui: 15 Desember 2018   21:55 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jum'at, 14 Desember 2018, Presiden Jokowi telah menekan tombol sirene sebagai tanda dimulainya pembangunan tol pertama di Aceh. Ruas tol yang akan dibangun itu sepanjang 74 km yang menghubungkan Banda Aceh-Sigli.

Pembangunan jalan tol yang menelan biaya Rp.9 Triliun itu direncanakan siap beroperasi pada tahun 2021. Pernyataan dimulainya pembangunan jalan tol itu diadakan di kawasan Blang Bintang Banda Aceh.

Pada acara tersebut Jokowi antara lain menyatakan, tol Lampung dari Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 148 km Insya Allah akhir Desember akan diresmikan.

Selanjutnya, ujar Jokowi, pembangunan Bakauheni ke Palembang yaitu sepanjang 350 km akan dimulai pembangunannya pada April 2019.

Kepala Pemerintahan kita itu kemudian menyatakan banyak yang menyangsikan ambisi pemerintah membangun tol Trans Sumatera bakal terlaksana.

Jokowi juga menyatakan, "Ini bukan sesuatu yang dulu kita bayangkan, demikian juga dari Bakauheni sampai titik nol di Aceh ini juga banyak yang menyangsikan.

Terhadap ungkapan Jokowi yang demikianlah kenangan saya terlempar ke masa 50 tahun yang silam itu.

Sekitar tahun 1966 sewaktu saya masih duduk di kelas dua SMA di Padangsidimpuan, Sumatera Utara, datanglah berkunjung ke kota kami, Letnan Jenderal A.Y. Mokoginta yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Antar Daerah Sumatera (Pangkoanda). Komando Antar Daerah Sumatera berkedudukan di Medan dan Panglimanya membawahi semua Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) yang ada di Sumatera.

Jenderal ini sangat populer di Sumatera Utara karena ia dikenal sebagai jenderal yang rendah hati. Ketika berpidato di Padangsidimpuan, jenderal ini mengatakan ingin membangun jalan Trans Sumatera. Jalan Trans Sumatera ini akan terbentang dari Aceh hingga Sumatera Selatan.

Mendengar gagasan yang demikian, tentu kami yang mendengar pidatonya itu sangat senang terlebih lebih pada masa itu infrastruktur jalan di Sumatera Utara sedang parah-parahnya.

Selanjutnya untuk menunjukkan keseriusannya maka diluncurkan sebuah rencana besar yang disebut "Mokoginta Plan". Media massa pada waktu itu juga memberitakan banyak tentang rencana pembangunan jalan Trans Sumatera itu.

Saya tidak ingat persis berapa lama jenderal kelahiran Bolang Mongondow Sulawesi Utara itu bertugas di Medan. Tetapi sampai ia selesai bertugas sebagai Pangkoanda Sumatera, gagasannya tentang jalan Trans Sumatera itu tidak pernah terwujud.

Tidak hanya itu, sampai sekarang jalan Trans Sumatera yang didambakan masyarakat itu juga belum pernah dilaksanakan.

Berkaitan dengan hal itulah, keinginan atau ambisi Jokowi membangun, tidak hanya sebatas jalan biasa, tetapi jalan tol lintas Sumatera seharusnyalah sesuatu yang harus dihargai masyarakat yang berasal dan bertempat tinggal di pulau Andalas itu. Hasrat yang demikian sudah lama membara di hati rakyat.

Kemudian ada hal lain yang saya pelajari tentang keinginan Mokoginta untuk bangun jalan Trans Sumatera. Jenderal bintang tiga itu punya niat yang sungguh-sungguh untuk membangun jalan itu. Tetapi karena keterbatasan waktu, niat mulia itu belum jadi diwujudkan.

Sesudah lima puluh tahun, Jokowi menjadikan pembangunan jalan tol sebagai Proyek Strategis Nasional.

Mantan Gubernur DKI itu punya mimpi bangun tol dan mimpi itu mampu diwujudkannya. Hal tersebut  terutama ditopang oleh niatnya yang kuat untuk membuka keterisolasian beberapa wilayah di negeri ini.

Jadi niat dan gagasan saja tentu tidak cukup harus ada kemampuan dan keberanian untuk mengeksekusi gagasan itu.

Apa yang terjadi kalau ada orang atau kelompok yang ia tahu tidak punya kemampuan untuk mewujudkan sesuatu, tetapi masih tetap berteriak-teriak menjual mimpi ke masyarakat. Dan mimpi yang dijual itu justru dengan keinginan agar masyarakat memilihnya atau kelompoknya dalam sebuah kontestasi demokrasi.

Maju terus Pak Jokowi, bangun infrastruktur dan masyarakat tahu Panjenengan ikhlas berbuat untuk itu.

Salam Pembangunan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun