Kebohongan yang dilakukan seorang aktivis sekelas Ratna Sarumpaet sampai sekarang masih terus diperbincangkan. Ada yang bertanya ,bagaimana mungkin perempuan aktivis yang dikenal vokal itu mau membuat cerita bohong yang kemudian dimanfaatkan beberapa teman temannya untuk sebuah kepentingan politik.
Sejatinya ibu kandung artis Atiqah Hasiholan itu memang seorang aktivis sejati.Hal Ini antara lain terlihat dari rekam jejaknya di masa orde baru. Pada orde yang sering disebut represif itu ,Ratna telah muncul sebagai aktivis yang berani menyuarakan keadilan.
Perempuan yang lahir di Tarutung  ,Sumatera Utara itu tampil sebagai pembela utama Marsinah ,seorang aktivis  buruh yang tewas pada tahun 1993.
Salah satu bentuk perlawanannya terhadap ke tidak adilan ,tahun 1994 ,Ratna menggelar pertunjukan drama di Taman Ismail Marzuki yang bertajuk : Marsinah ,Nyanyian dari Bawah Tanah.
Ratna bertindak sebagai penulis naskah ,sutradara dan sekaligus berperan sebagai Marsinah. Naskah drama itu merupakan ungkapan kegelisahan Ratna terhadap kasus kasus seperti yang menimpa Marsinah. Oleh karena kasus pembunuhan Marsinah tidak terungkap juga bahkan kasusnya dinyatakan ditutup maka Ratna menggelar pertunjukan monolog ," Marsinah Menggugat". Aktivitasnya yang demikian menjadikannya terus menerus diikuti oleh intel orde baru.
Pada Pemilu 1997 ,Ratna semakin nyaring bersuara menentang penyelenggaraan pemilu yang tidak demokratis .Akibat protesnya yang demikian Ratna sempat ditahan dimasa Orba. Jejak langkahnya yang demikian menunjukkan bahwa Ratna Sarumpaet bukanlah " anak kemarin sore" dibilang pergerakan.
Semasa pemerintahan Jokowi- JK ,ibu mertua Rio Dewanto ini pun mengambil posisi berseberangan dengan kubu Pemerintah. Kita masih ingat kritik kerasnya sewaktu Pemerintah memutuskan menghentikan pencarian korban kapal yang tenggelam di Danau Toba.Â
Perempuan yang punya marga Sarumpaet ini juga sekitar dua bulan yang lalu bersuara nyaring menyebut dana seseorang senilai Rp.22,9 Triliun diblokir oleh Pemerintah. Dia menyebut Jokowi dan Kementerian Keuangan terlibat dalam pemblokiran dana yang disebutnya untuk pembangunan di Papua. Ratna juga terus mendatangi beberapa kota untuk mengajak masyarakat pada 2019 Ganti Presiden.
Dengan reputasinya yang demikian Ratna juga masuk dalam Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga Uno. Mungkin dengan jejak rekamnya yang demikianlah beberapa tokoh oposisi seperti Fadli Zon,Mardani Ali Sera bahkan Prabowo Subianto langsung memercayai ceritanya bahwa telah terjadi penganiayaan terhadap dirinya di seputaran Bandara Husein Sastranegara ,Bandung pada 21 September 2019.
Begitu cerita dia ungkapkan kepada teman temannya di barisan 02, cerita tersebut kemudian diangkat sebagai isu politik yang tidak dapat dipungkiri ditujukan untuk menggerus popularitas Jokowi- Ma'ruf Amin. Memang disebutkan Ratna tidak pernah menguraikan cerita maupun fotonya yang lembam akibat dipukuli oleh para penganiayanya.
Tetapi diperkirakan ibunda Atiqah Hasiholan itu pasti akan paham bahwa cerita dan fotonya itu akan dimanfaatkan teman temannya untuk sebuah kepentingan politik.Rasanya Ratna pasti paham bahwa fotonya dengan Fadli Zon akan dipublikasikan ke publik dengan tujuan untuk menggerus popularitas Jokowi- Ma'ruf Amin dan sekaligus menaikkan elektabilitas Prabowo- Sandiaga Uno.
Seperti yang dikatakan sebelumnya ,Ratna bukanlah aktivis kemarin sore karenanya ia sangat paham bahwa ceritanya ,fotonya serta foto bersama nya dengan Fadli Zon pasti akan digunakan untuk sebuah kepentingan politik.Begitu juga halnya pertemuan serta ceritanya kepada Prabowo dan Amien Rais yang konon bertemu di satu tempat yang dirahasiakan ,patut diduga Ratna mengetahui akan dijadikan sebagai isu politik.