Salah satu berita menarik sekarang ini ialah adanya laporan  dari Partai Kebangkitan Bangsa ke Badan Reserse Kriminal( Bareskrim )  Mabes Polri atas tuduhan ujaran kebencian yang dilakukan Ustaz Yahya Waloni terhadap KH Ma'ruf Amin.
Tempo.co (21/9/2018), memberitakan laporan tersebut disampaikan Abdul Kadir Karding, Sekjend PKB ke Bareskrim Mabes Polri pada Jum'at ,21 September 2018.
"Saya atas nama PKB melaporkan Ustad Yahya atas beberapa pernyataannya yang kita  tonton di Youtube yang diduga menghina, menyebarkan kebencian dan permusuhan", ujar Karding di Bareskrim Polri, Jum'at 21 September 2018.
Yahya tenar karena ceramahnya di Masjid Al Fida Muhammadiyah, Pekanbaru, Riau pada 9 September 2018. Mula-mula dia menyebut Ma'ruf Amin sudah uzur dan hampir mati."Â
Contohnya yang sudah ada di Jakarta ini, usianya sudah uzur, boleh dikatakan sudah mau mati,sudah mau menghadap Allah. Ditanya, "mau nggak bapak jadi wakil presiden? Oh siap, sudah mau mati ambisi", ujarnya.
Ceramah agamanya yang bertajuk " Cahaya Tauhid " itu disiarkan melalui media sosial YouTube dan viral beberapa hari. Pada video yang berdurasi 10 menit itu ,Yahya juga dituding menghina Tuan Guru Bajang ( TGB) karena memelesetkan singkatan nama mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu menjadi Tuan Guru Bajingan.
Membaca berita yang demikian saya merasa, sungguh keterlaluanlah seorang Ustaz berbicara seperti itu. Saya tidak paham apa yang membuatnya begitu geram terhadap seorang ulama besar yang juga pernah memimpin Majelis Ulama Indonesia bahkan juga baru mengundurkan diri sebagai Rois Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Kalau dibaca ucapannya tentang Ma'ruf Amin maka tidak salah kalau muncul kesan ada rasa tidak senangnya karena ulama pemimpin pondok pesantren An Nawawi Tanara di Serang Banten itu dipilih menjadi cawapresnya Jokowi. Apakah ada yang salah ketika Ma' ruf Amin menerima posisi itu?
Selama ini oleh beberapa tokoh maupun berbagai kelompok sering dinyatakan Jokowi kurang bersahabat bahkan disebut anti Islam. Sekarang Jokowi telah menunjukkan sikapnya memilih seorang ulama besar sebagai pendampingnya. Sepanjang yang dicermati banyak kalangan ummat Islam yang menyambut gembira dengan pilihan presiden petahana itu.
Beberapa waktu yang lalu ILC menayangkan acara tentang Ustadz Abdul Somad yang direkomendasi Ijtima Ulama sebagai cawapres Prabowo. Pada acara yang dipandu Karni Ilyas itu berbicara beberapa tokoh parpol yang pro Prabowo.Â
Para tokoh tersebut mengatakan, ulama juga sangat layak ikut dalam jabatan publik. Inti uraian mereka itu ingin mengatakan ulama dan UAS juga layak dan tepat dipilih sebagai cawapres. Tetapi nyatanya parpol pengusung Prabowo itu tidak jadi mengusung ulama sebagai cawapres. Sekarang ketika Jokowi memilih Ma' ruf Amin sebagai pendampingya lalu serangan pun ditujukan kepada ulama yang dihormati itu.