Dikatakannya bahkan saat Pilkada DKI Tahun 2017 kemarin yang baru lalu ,ulama dan ummat Islam juga melakukan politik identitas untuk menjunjung tinggi ayat suci diatas konstitusi. (Poskotanews, 16 September 2019).
                                     -000-
Seperti yang kita rasakan akhir akhir ini sangat terasa menguatnya politik identitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Presiden ke -3 kita ,BJ Habibie juga pernah mengungkapkan ,dalam 20 tahun terakhir ini kita dijajah politik Identitas.
Salah satu titik puncak menguatnya politik identitas itu terjadi pada masa pemilihan Gubernur DKI 2017. Pada masa yang demikian muncul juga kehawatiran tentang kelanjutan rasa persatuan dan kesatuan yang kita mliki.Pada waktu tersebut terasa juga adanya rasa keterbelahan diantara sesama warga bangsa.
Karenanya ketika mendengar kata " politik identitas" sering muncul rasa gamang terhadap keberlanjutan bangsa ini.
Sebentar lagi kita akan memilih presiden dan wakilnya. Berkaca kepada pengalaman masa yang lewat ,sekarang ini sudah muncul harapan besar agar politik identitas jangan lagi digunakan pada pilpres nanti.
Dalam keinginan yang demikian, sekarang muncul pernyataan Rizieq yang akan memainkan politik identitas yang bermartabat pada pilpres nanti.
Walaupun Imam Besar FPI itu sudah menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan politik identitas yang bermartabat itu tetapi tetap muncul pertanyaan ,seperti apa nanti implementasi dari hal tesebut.
Jokowi dan Ma'ruf Amin, kedua duanya adalah Muslim. Dengan demikian poin poin apa yang akan digunakan untuk menyerang titik lemah kedua tokoh bangsa itu.Bisakah digunakan thema thema keislaman untuk mendegradasi tingkat keterpilihannya?
Kalau pada pilkada DKI, solidaritas ummat Islam lebih mudah diikat untuk menggerakkan aksi aksi bela Islam karena Ahok yang bukan Muslim itu berbicara tentang Al Maidah 51 yang kemudian pembicaraannya itu merupakan penistaan terhadap ayat suci dan juga penghinaan terhadap ulama.
Saya kemudian jadi menduga duga ,apakah nanti akan dimunculkan thema ,bahwa presiden petahana itu beserta wakilnya jangan dipilih karena mereka didukung oleh partai penista agama. Seperti kita ketahui, seorang tokoh pernah mengatakan ada Partai Allah dan ada  partai Setan.
Kalau ditilik, Jokowi-Ma'ruf Amin memang didukung oleh parpol yang masuk kategori" partai Syetan", sebagaimana dimaksudkan oleh tokoh itu.
Kemudian juga bukan tidak mungkin dimunculkan tuduhan bahwa Jokowi merupakan sosok yang tidak pro kepada perjuangan ummat Islam karena dimasanyalah HTI dibubarkan.
Hal lain yang bisa dituduhkan -sebagaimana yang sering disebut beberapa kelompok, di masa Jokowi lah terjadi " kriminalisasi " ulama termasuk yang menimpa Rizieq.Â
Sentara disisi lain Prabowo - Sandiaga sudah menanda tangani Pakta Integritas yang salah satu poinnya menyatakan, pasangan tersebut akan siap menggunakan hak konstitusional dan atributif yang melekat pada jabatan presiden untuk melakukan proses rehabilitasi, menjamin kepulangan,serta memulihkan hak hak Habib Rizieq sebagai warga negara Indonesia. Serta memberikan keadilan kepada para ulam , aktivis 411,212 dan 313 yang pernah disangkakan.
Oleh karena peristiwa yang menimpa Rizieq dan para ulama dan aktivis itu terjadi pada masa kepemimpinan presiden petahana itu maka bisa saja dibentuk framing bahwa Jokowi tidak membela ulama dan aktivis Islam.