Berkaitan dengan semakin maraknya kegiatan deklarasi 2019 Ganti Presiden yang kemudian diikuti aksi massa menolak deklarasi tersebut muncullah berbagai pendapat tentang aksi Ganti Presiden itu. Ada yang berpendapat aksi yang demikian tidak berbeda dengan aksi Jokowi Dua Periode. Saya punya pandangan yang berbeda dengan pendapat yang demikian.
Setahu saya #2019GantiPresiden pertama kali dicanangkan oleh Mardani Ali Sera, politisi PKS pada 6 Mei 2018. Pada masa itu belum ada tahapan berkaitan dengan pilpres 2019. Yang ada barulah sikap beberapa parpol yang akan mengajukan calonnya pada pilpres tahun depan.
PDIP sudah mengutarakan sikapnya akan mengusung kembali Jokowi, begitu juga halnya Nasdem, Hanura, dan PPP sudah memberi isyarat yang sama. Golkar juga pada masa itu diduga akan mengusung presiden petahana itu. Sedangkan PKB tetap dengan sikap akan mendukung Jokowi jika Muhaimin Iskandar digandeng sebagai cawapres.
Di sisi lain, Gerindra memberi sinyal yang kuat akan mengusung Prabowo Subianto sedangkan PKS telah memberi aba-aba akan mendukung Prabowo dengan syarat cawapresnya harus dari kadernya.
PAN terlihat juga masih menginginkan agar ketua umumnya menjadi capres atau cawapres sedangkan posisi Demokrat belum terlalu jelas apakah berada pada kubu Jokowi atau pada pendukung Prabowo atau juga ingin membentuk poros ketiga.
Jadi pada posisi Mei 2018 itu belum jelas siapa yang akan jadi capres/cawapres. Tetapi satu hal yang sudah jelas ialah Jokowi Presiden RI, masa bakti Oktober 2014-Oktober 2019. Karena belum jelas siapa yang akan bertarung pada pilpres 2019 maka yang dimaksud #2019GantiPresiden itu adalah mengganti Jokowi yang terpilih secara demokratis melalui pilpres 2014.
Artinya pada Mei yang lalu itu sudah muncul seruan ataupun ajakan untuk mengganti Jokowi tetapi tidak jelas menyebut diganti dengan siapa. Agak berbeda kalau mulai Mei yang lalu itu dicanangkan kalimat "Pilih Prabowo" atau juga "Pilih Shohibul Iman".
Oleh karena Ganti Presiden tidak memberi saran diganti dengan siapa maka tidak salah juga kalau disimpulkan gerakan itu untuk mengarahkan pikiran massa agar tidak menyukai atau bahkan untuk membenci Jokowi.
Dalam hal yang demikianlah sungguh tidak sama substansi gerakan Ganti Presiden dengan Jokowi Dua Periode. Jokowi Dua Periode berupa ajakan untuk memilih sedangkan Ganti Presiden menurut pendapat saya berupa ajakan untuk membenci.
Oleh karena adanya ajakan untuk membenci itulah maka dibeberapa tempat deklarasi Ganti Presiden mendapat tantangan dari berbagai kelompok masyarakat.
Andainya ada kelompok masyarakat yang mengadakan pertemuan dengan tema "Pilih Prabowo", menurut pendapat saya tidak akan muncul penolakan keras dari kelompok masyarakat yang tidak menginginkan mantan Pangkostrad itu sebagai RI Satu.