Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adakah yang Harus Disesali Ketika Jokowi dan SBY Akhirnya Berpisah Jalan?

26 Juli 2018   07:28 Diperbarui: 26 Juli 2018   08:49 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau ditilik, sekitar sebelas bulan belakangan ini, dihitung sejak acara peringatan detik detik Proklamasi di Istana Negara tahun 2017 ,terlihat komunikasi politik SBY dengan Jokowi cukup cair. Pada acara di Istana itu, SBY juga bersalaman dengan Mega ,malahan diiringi foto bersama.

Setelah pertemuan di Istana itu ,muncul juga ramalan bahwa Demokrat akan mendukung presiden petahana itu pada pilpres 2019. Ramalan yang demikian juga diperkuat dengan beberapa petunjuk seperti kehadiran Presiden Jokowi pada Rakornas Partai Demokrat. Pidato Presiden ke- 7 dan ke-6 pada acara itu saling memuji dan saling menghormati. Pada kesempatan itu Jokowi juga memuji AHY dan pada pidato penutupan, putra sulung SBY itu juga memuji kinerja Jokowi.

Tetapi sekarang kemesraan itu telah berlalu. SBY menjelaskan beberapa hal mengapa jalan Demokrat bergabung dengan Jokowi sudah tertutup. Menurutnya kalau partainya gabung dukung Jokowi, belum tentu semua parpol koalisi pendukung mantan Gubernur DKI itu akan menyetujuinya.

Kemudian ada faktor penting lain yang dikemukakannya yaitu hubungannya yang belum pulih dengan Megawati Sukarnoputri. Kalau dicermati ,hubungan yang belum pulih  inilah yang menjadi ganjalan utama bagi Demokrat gabung untuk dukung Jokowi.

Sedangkan menurut presiden kelahiran Pacitan itu ,dalam satu tahun ini, pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan mantan Walikota Solo itu seraya memberi sinyal mendukung pemerintahannya.

SBY punya kesan bahwa Jokowi juga menginginkan Demokrat berada dalam pemerintahannya bahkan sudah beberapa kali menawarkan jabatan menteri untuk kader partai yang didirikannya itu.

Namun hal yang demikian tidak terjadi. Berkaitan dengan hal itulah SBY menyatakan, Demokrat menemui hambatan untuk bergabung dalam koalisi Jokowi.
Terhadap pernyataan SBY yang demikian, Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno membantah  hal tersebut. Menurutnya Demokrat menaruh syarat tinggi jika mendukung Jokowi ,salah satunya menjadikan AHY sebagai cawapres.

Hal senada juga dikemukakan Romahurmuzij. Ketua Umum PPP itu menyatakan Demokrat batal berkoalisi mendukung Joko Widodo karena permintaannya soal posisi calon wakil presiden tidak diterima.

Terhadap ungkapan Romahurmuzij tersebut dengan tegas SBY membantahnya. Ketua Umum Demokrat itu mengemukakan, selama ini Jokowi tidak pernah memintanya membahas soal calon wakil presiden dan juga tidak menyodorkan anak sulungnya Agus Harimurthi Yudhoyono ( AHY) buat mendampingi Joko Widodo dalam pemilihan presiden 2019.

Berkaitan  tuduhan Ketua Umum PPP itu, SBY berbicara agak keras juga . "Itu salah,Bung Romi hati hati mengeluarkan statement tanpa dasar yang kuat. Bung Romi sahabat saya, saya harap berhati hati", ujar SBY saat memberikan keterangan dikediamannya dikawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 25 Juli 2018 (CNN Indonesia, 25/7/2018).

Dengan pernyataan SBY yang demikian saya menjadi berpikir, kalaulah Ketua Umum Demokrat itu tidak pernah membicarakan atau meminta kepada Jokowi agar AHY dijadikan cawapres, mengapa muncul anggapan pada parpol koalisi Jokowi bahwa hal itu dijadikan SBY sebagai syarat untuk dukung Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun