Sesuai infomasi yang diperoleh dari media, Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra dijadwalkan ketemu SBY pada 24 Juli yang akan datang. Kuat dugaan pertemuan tersebut akan membicarakan koalisi kedua parpol pada pilpres 2019.
Dari tanda-tanda yang ada ,kemungkinan besar Demokrat akan lebih condong gabung ke kubu Prabowo ketimbang ke kubu Jokowi. Diperkirakan salah satu ganjalan terbesar Demokrat merapat ke kubu Jokowi karena hubungan yang kurang harmonis antara SBY dengan Megawati Sukarnoputri.
Selanjutnya media juga memberitakan sebelum pertemuan kedua Ketua Umum parpol tersebut ,elit kedua partai akan terlebih dahulu mengadakan pertemuan. Kemungkinan besar pertemuan elit kedua parpol itu untuk mematangkan agenda yang akan dibicarakan Prabowo dan SBY.
Menurut dugaan saya ,apabila pembicaraan kedua Ketua Umum partai peringkat ketiga dan keempat pada pemilu 2014 itu berhasil mencapai kata sepakat maka PAN dan PKS juga akan gabung. Tentu tidak ada pilihan lain untuk PAN dan PKS karena tidak mungkin kedua parpol itu berlabuh ke kubu Jokowi.
Memang andainya partai yang didirikan Amien Rais itu dan partai yang dipimpin Shohibul Iman itu gabung ,masih banyak lagi masalah pelik yang harus dipecahkan. Masalah pelik itu antara lain, siapa yang akan jadi cawapresnya Prabowo ,mengingat PKS sudah lama menginginkan posisi itu. Berkaitan dengan hal tersebut ,terlihat sikap Demokrat yang belakangan tidak lagi mengisyaratkan secara mutlak harusAHY yang jadi cawapres.Apabila Demokrat tidak mengklaim posisi itu maka pembicaraan diantara 4 parpol yang akan berkoalisi itu akan lebih cair.
Dengan posisi politik yang demikian ,kemungkinan besar pertemuan Presiden dua priode itu dengan mantan Pangkostrad tersebut akan membuahkan hasil. Tetapi jelang pertemuan itu ,ada berita dari Jawa Timur yang menurut saya sedikit banyaknya akan mengganggu posisi politik Demokrat dimata Gerindra.
CNN Indonesia,22/7/2018 memberitakan ,mayoritas peserta Rapat Kordinasi Daerah ( Rakorda) Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Jawa Timur meminta partai untuk mendukung Jokowi pada pilpres 2019. Hasil ini akan disampaikan Ketua DPD Demokrat Jawa Timur,Soekarwo ke Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat di Jakarta.
CNN Indonesia selanjutnya memberitakan ,permintaan Rakorda Demokrat Jatim itu merupakan rumusan Rakorda yang diambil melalui mekanisme voting atau pemungutan suara. Proses pemungutan suara terbuka diikuti oleh seluruh anggota Fraksi Demokrat  di DPRD ,baik tingkat kabupaten/ kota maupun provinsi,38 ketua Dewan Pimpinan Cabang dan lima perwakilan DPD. Hasil voting itu menyatakan, 152 suara untuk Jokowi dan 56 suara untuk Prabowo dan enam suara dinyatakan tidak sah.
Hasil voting ini menarik untuk mencermati nya karena Jawa Timur selalu diperhitungkan dalam konstelasi politik nasional.Provinsi ini juga penting artinya untuk partai yang didirikan SBY itu. Dari sisi jumlah pemilih ,Provinsi Jawa Timur adalah provinsi kedua terbesar sesudah Jawa Barat.
Pada pemilu 2014 , Demokrat menempati peringkat keempat di provinsi ini sesudah PKB ,PDIP dan Gerindra. Demokrat meraih 12,06 persen suara dan memperoleh 13 kursi di DPRD Jawa Timur. Â
Kemudian perlu juga dicatat bahwa Ketua Demokrat provinsi saat ini dipegang oleh Soekarwo yang telah memenangkan pilkada dua priode di daerah itu. Selanjutnya SBY juga berasal dari Pacitan ,Provinsi Jawa Timur dan pada proses Pilkada Jatim yang lalu AHY juga aktip berkampanye untuk Khofifah -Emil. Menjadi pertanyaan ,mengapa Rakorda Demokrat Jawa Timur melaksanakan Rakorda yang salah satu agendanya ialah melakukan pemungutan suara tentang siapa yang layak didukung pada pilpres.