Dalam beberapa bulan belakangan ini ,kita menyaksikan berbagai manuver politik Cak Imin dan PKB partai yang dipimpinnya menjelang pilpres 2019. Inti dari manuver politik itu ialah PKB menginginkan agar Jokowi menjadikan Muhaimin Iskandar sebagai pasangannya pada pilpres nanti.
Dalam manuver politiknya itu ,Cak Imin dan partainya kadang kadang mengeluarkan kalimat kalimat yang cukup " mengejutkan " yang juga bisa membuat perasaan tidak senang untuk pendukung Jokowi.Tidak hanya sekali dimunculkan kalimat yang bisa diartikan sebagai " ancaman " terhadap Jokowi. Seolah olah dilukisan tanpa menggandeng Cak Imin maka presiden petahana itu akan kalah pada pilpres nanti.
Kemudian pernah juga keluar pernyataan ,bahwa partai besutan Gus Dur itu bisa saja mendukung capres lain kalau partai itu diberi kehormatan sebagai cawapres. Namun dalam kalimat kalimat yang bernada ancaman itu terus juga digaungkan istilah " JOIN " yang dimaknai sebagai Jokowi-Cak Imin.
Kata yang sama tidak pernah dinyatakan sebagai simbol dukungan kepada capres yang lain. Dalam pemahaman saya, Jokowi juga tidak pernah merasa diancam dengan sikap PKB yang demikian oleh karena ia tahu persis cinta PKB tidak akan pernah beralih ke sosok yang lain.
Menurut pendapat saya ada beberapa hal yang membuat Jokowi tidak pernah merasa diancam atau terancam dengan manuver politik PKB itu. Tahun 2014, ketika mecalonkan diri sebagai capres ,Jokowi didukung habis oleh PKB.Pada masa itu hanya PKB lah partai Islam yang mendukung Jokowi.Artinya chemistry Jokowi dengan PKB sudah lama terbangun dan terbina.
Untuk menghargai jasa dan perjuangan politik partai itu maka pada Kabinet Jokowi ada 4 orang menteri yang berasal dari PKB.
Kemudian hubungan Cak Imin dengan Megawati ,Ketua Umum PDIP terlihat juga sangat bagus .Malahan  pada tahun 2014 ,Mega menyampaikan candaan yang segar kepada Cak Imin.
Kuat dugaan " suasana kebatinan" antara Jokowi-Mega dengan Cak Imin yang demikian tidak akan diperolehnya apabila bergabung dengan koalisi pengusung capres lain. Selanjutnya Jokowi juga mengetahui bahwa PKB sangat menghormati NU sebagai organisasi yang melahirkannya. Sedangkan Jokowi juga terlihat sangat menghargai NU dan NU juga tidak pernah terkesan akan mendukung capres selain presiden petahana itu.
Jokowi dan Cak Imin sangat paham ,salah satu kekuatan partai itu berada dikalangan ulama ulama NU.Artinya Cak Imin harus berhitung berkali kali apabila ia mencoba berseberangan dengan NU dan para ulamanya.
Walaupun ada keyakinan bahwa PKB tidak mungkin akan mendukung capres  lain namun karena selalu disebut, " politik itu dinamis dan cair" ,maka publik masih tetap menunggu sikap resmi partai tersebut.Frasa " politik itu dinamis dan cair " bisa saja dalam perkembangannya  menjadikan partai yang didirikan Gus Dur itu punya pertimbangan lain sehingga memberikan dukungan terhadap terhadap sosok lain dalam pilpres .
Ditengah tanda tanya yang demikian maka pada Sabtu,14 Juli 2018 ,publik telah dapat jawaban tentang sikap PKB pada pilpres. Saat itu ,Jokowi dan Cak Imin sedang jalan bersama meninjau fasilitas olahraga untuk digunakan pada Asian Games di Jakabaring ,Palembang Sumatera Selatan.
Dalam kesempatan itulah ,Cak Imin yang didampingi Abdul Kadir Karding ,Sekjend PKB, menyatakan "Hari ini, di depan teman- teman ,di depan Pak Jokowi ,ada Sekjend kebetulan ,saya nyatakan bismillahirrahmanirrahim ,PKB mendukung pencalonan Pak Jokowi 2019".