Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Medan, Kota Kita Berulang Tahun

2 Juli 2018   12:37 Diperbarui: 2 Juli 2018   12:40 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Kota Medan sangat bangga karena kota nya sering dijuluki sebagai " Indonesia Mini".Julukan tersebut mengemuka karena di kota ini bermukim berbagai suku bangsa yang terdiri dari berbagai etnik dan juga dengan berbagai jenis agama yang dianut oleh penduduknya.

Kota Medan sekarang punya luas wilayah 26.150 Ha atau 265,1 km persegi yang secara administratif dibagi menjadi 21 kecamatan ,151 kelurahan dan 2001 lingkungan.
Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS) penduduk Medan saat ini sekitar 2.210.624 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 8.008/km persegi.

Pada siang hari penduduk kota ini diperkirakan mencapai lebih dari tiga juta jiwa. Hari ini ,1 Juli 2018 , kota yang multi etnik ini memperingati ulang tahunnya yang merujuk kepada sejarah berdirinya sebuah kampung kecil yang bernama Medan pada 1 Juli 1590 .

Data sejarah tersebut menunjukkan bahwa Kampung Medan itu didirikan oleh Guru Patimpus yang sampai sekarang dinyatakan sebagai pendiri kota yang terbanyak penduduknya di Pulau Sumatera.

Memang tentang hari jadi Medan ini masih merupakan kontraversi karena sejumlah sejarahwan seperti Ichwan Azhari dari Pusat Studi Ilmu Sosial ( Pusis ) Universitas Negeri Medan ( Unimed) menyanggah tentang tanggal hari jadi Medan tersebut.

Melirik ke masa lalu,Medan semakin punya arti penting secara ekonomis dimulai pada abad XVIII ketika perkebunan tembakau dibuka oleh pengusaha Belanda disekitar Medan.Pelopor pembukaan perkebunan itu adalah seorang pengusaha Belanda ,Jacobus Nienhuys yang mendirikan perusahaan Deli Maatschappij tahun 1870. Dengan dibukanya perkebunan tembakau tersebut terjadilah migrasi besar ke sekitar kota ini terutama yang berasal dari Tiongkok dan pulau Jawa.Sejalan dengan hal tersebut berbagai etnik yang ada seperti Mandailing,Batak ,Minang dan etnik lainnya mulai bermukim di Medan dan sekitarnya.

Sampai sekarang ini penduduk terbesar Kota Medan adalah suku Jawa dengan jumlah 33,03 persen,disusul Batak,20,93 persen,Tionghoa 10,65 persen,Mandailing 9,36 persen.Kemudian Minangkabau 8,6 persen ,Melayu 6,59 persen ,Karo 4,10 persen ,Aceh 2,78 persen dan lainnya 3,95 persen.

Dari sisi agama terlihat komposisinya,Islam 59,68 persen,Kristen Protestan 21,16 persen,Buddha 9,90 persen ,Katolik 7,10 persen ,Hindu 2,15 persen dan Konghucu 0,01 persen. Mungkin karena keragaman etnik yang mendiami kota ini maka lahirlah sebuah karakter baru yang khas Medan.

Medan juga merupakan pusat Kesultanan Deli dan sekarang ini Istana Sultan Deli serta Masjid Sulthan yang disebut juga Mesjid Raya Al Mansun masih berdiri kokoh di kota ini. Merujuk kepada sejarah maka Medan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Kota atau Gemeente bermula pada 1 Mei 1918 . Walikota pertama atau Burgeemester pertama dijabat oleh Baron Daniel Mackay.

Dimasa Hindia Belanda ada 4 orang Belanda yang silih berganti memimpin kota ini. Sedangkan sesudah kemerdekaan ,Medan pertama kali dipimpin oleh Luat Siregar. Sekarang ini untuk masa jabatan 2016-2021 ,Medan dipimpin oleh Drs T Dzulmi Eldin MSi dengan Wakilnya Ir Akhyar Nasution. Pasangan ini mulai memimpin kota ini sejak 17 Pebruari 2016.

Keinginan Dzulmi Eldin dan Akhyar Nasution adalah mewujudkan Medan Rumah Kita. Untuk itu visi yang diusung adalah menjadikan Medan ,Kota masa depan, Multikultural, Berdaya saing,Humanis ,Sejahtera dan Religius.

Dzulmi Eldin sangat sadar dalam kota yang multikultural itu dia harus mampu menjaga keutuhan dan kekompakan warganya sehingga tidak terjebak dalam sikap sektarian.Untuk itu Walikota ini selalu memproritaskan menghadiri acara acara keagamaan dan kegiatan etnik. Dzulmi Eldin adalah seorang putra Melayu dan sebutan Tengku pada namanya menunjukkan bahwa ia juga keturunan bangsawan Melayu.Sedangkan Wakilnya Ir Akhyar Nasution adalah anak Medan turunan Mandailing.

Kedua pimpinan kota ini terlihat kompak saling mendukung terutama untuk merawat suasana kebersamaan warga yang dilandasi oleh sikap keindonesiaan. Eldin dan Akhyar sangat sadar bahwa dari sisi pembangunan fisik kota ,tantangan utama yang mereka hadapi ialah berkaitan dengan pembangunan dan perawatan infrastrukutur terutama jalan ,peningkatan kebersihan ,penanggulangan banjir dan mulai terasanya kemacetan lalu lintas di beberapa titik titik diseputaran pusat kota.

Hal lain yang menjadi prioritas pimpinan kota ini ialah peningkatan pelayanan terhadap urusan urusan masyarakat. Memang disana sini masih muncul keluhan dan kritik masyarakat tentang kinerja pemerintah kota .Terhadap semua kritik itu ,Eldin dan Akhyar menanggapinya dengan positip dan dijadikan bahan untuk memeperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi pemerintah daerah.

Tahun 2018 ini APBD Medan senilai Rp.5.451.085.765 .928 .Pemko Medan dan DPRD Medan sepakat sebahagian besar APBD yang Rp.5,4 Triliun ini diprioritaskan untuk pembangunan infra struktur dan penyediaan public utilities.

Untuk sekedar gambaran pada APBD Medan 2018 ,dana terbesar sejumlah Rp. 3,5 T lebih ( 64,73 persen ) dialokasikan untuk belanja langsung dan dana sebesar Rp.1,9 T lebih ( 35,22 persen) disediakan untuk anggaran belanja tidak langsung.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya serta dinamika yang menyertainya ,saya menyadari telah terbentuk berbagai persepsi tentang Kota Medan . Untuk saudara sebangsa yang belum pernah berkunjung ke Medan kelihatannya sebahagian memperoleh kesan negatif tentang Medan.

Mungkin kesan negatif itu terbentuk karena cara berbicara anak Medan yang terkesan kasar dan keras. Banyak juga para pejabat yang tugas di kota ini mengaku sebelum ditugaskan ke Medan ada rasa " ngeri ngeri sedap" ketika pertama kali ditugaskan di ibukota Provinsi Sumatera Utara ini. Tetapi sesudah bertugas di Medan ,ternyata pejabat tersebut merasa nyaman dan akhirnya enggan untuk meninggalkan kota yang dahulu disebut " Parijs van Sumatera " itu.

Masyarakat Medan yang multi etnik itu memang kadang kadang terlihat nada bicaranya keras tapi percayalah hatinya baik. Warga Medan yang beragam etnik itu kadang kadang terkesan bicara keras tetapi percayalah hatinya ramah. Dan hari ini Medan, kota kita berulang tahun. Semoga kota ini bertambah maju.

Dirgahayu Kota Medan!

Medan, 1 Juli 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun