Warga Kota Medan sangat bangga karena kota nya sering dijuluki sebagai " Indonesia Mini".Julukan tersebut mengemuka karena di kota ini bermukim berbagai suku bangsa yang terdiri dari berbagai etnik dan juga dengan berbagai jenis agama yang dianut oleh penduduknya.
Kota Medan sekarang punya luas wilayah 26.150 Ha atau 265,1 km persegi yang secara administratif dibagi menjadi 21 kecamatan ,151 kelurahan dan 2001 lingkungan.
Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS) penduduk Medan saat ini sekitar 2.210.624 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 8.008/km persegi.
Pada siang hari penduduk kota ini diperkirakan mencapai lebih dari tiga juta jiwa. Hari ini ,1 Juli 2018 , kota yang multi etnik ini memperingati ulang tahunnya yang merujuk kepada sejarah berdirinya sebuah kampung kecil yang bernama Medan pada 1 Juli 1590 .
Data sejarah tersebut menunjukkan bahwa Kampung Medan itu didirikan oleh Guru Patimpus yang sampai sekarang dinyatakan sebagai pendiri kota yang terbanyak penduduknya di Pulau Sumatera.
Memang tentang hari jadi Medan ini masih merupakan kontraversi karena sejumlah sejarahwan seperti Ichwan Azhari dari Pusat Studi Ilmu Sosial ( Pusis ) Universitas Negeri Medan ( Unimed) menyanggah tentang tanggal hari jadi Medan tersebut.
Melirik ke masa lalu,Medan semakin punya arti penting secara ekonomis dimulai pada abad XVIII ketika perkebunan tembakau dibuka oleh pengusaha Belanda disekitar Medan.Pelopor pembukaan perkebunan itu adalah seorang pengusaha Belanda ,Jacobus Nienhuys yang mendirikan perusahaan Deli Maatschappij tahun 1870. Dengan dibukanya perkebunan tembakau tersebut terjadilah migrasi besar ke sekitar kota ini terutama yang berasal dari Tiongkok dan pulau Jawa.Sejalan dengan hal tersebut berbagai etnik yang ada seperti Mandailing,Batak ,Minang dan etnik lainnya mulai bermukim di Medan dan sekitarnya.
Sampai sekarang ini penduduk terbesar Kota Medan adalah suku Jawa dengan jumlah 33,03 persen,disusul Batak,20,93 persen,Tionghoa 10,65 persen,Mandailing 9,36 persen.Kemudian Minangkabau 8,6 persen ,Melayu 6,59 persen ,Karo 4,10 persen ,Aceh 2,78 persen dan lainnya 3,95 persen.
Dari sisi agama terlihat komposisinya,Islam 59,68 persen,Kristen Protestan 21,16 persen,Buddha 9,90 persen ,Katolik 7,10 persen ,Hindu 2,15 persen dan Konghucu 0,01 persen. Mungkin karena keragaman etnik yang mendiami kota ini maka lahirlah sebuah karakter baru yang khas Medan.
Medan juga merupakan pusat Kesultanan Deli dan sekarang ini Istana Sultan Deli serta Masjid Sulthan yang disebut juga Mesjid Raya Al Mansun masih berdiri kokoh di kota ini. Merujuk kepada sejarah maka Medan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Kota atau Gemeente bermula pada 1 Mei 1918 . Walikota pertama atau Burgeemester pertama dijabat oleh Baron Daniel Mackay.
Dimasa Hindia Belanda ada 4 orang Belanda yang silih berganti memimpin kota ini. Sedangkan sesudah kemerdekaan ,Medan pertama kali dipimpin oleh Luat Siregar. Sekarang ini untuk masa jabatan 2016-2021 ,Medan dipimpin oleh Drs T Dzulmi Eldin MSi dengan Wakilnya Ir Akhyar Nasution. Pasangan ini mulai memimpin kota ini sejak 17 Pebruari 2016.
Keinginan Dzulmi Eldin dan Akhyar Nasution adalah mewujudkan Medan Rumah Kita. Untuk itu visi yang diusung adalah menjadikan Medan ,Kota masa depan, Multikultural, Berdaya saing,Humanis ,Sejahtera dan Religius.