Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yudi Latif Mundur dari Kepala BPIP

8 Juni 2018   15:10 Diperbarui: 8 Juni 2018   15:26 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Nasional Kompas

Terkejut juga membaca berita detiknews, Jum'at,8 Juni 2018 yang memberitakan Yudi Latif mengundurkan diri dari posisi Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Kasatgasus BPIP Widodo Ekatjahjana sudah membenarkan informasi tersebut. Akun Yudi Latif Dua pun menuliskan soal pengunduran diri ini.

Belum diperoleh informasi yang menyeluruh tentang alasan pengunduran diri itu. Oleh karena belum diperoleh informasi yang demikian maka muncullah dugaan dugaan tentang alasan pengunduran diri dimaksud. Seperti dimaklumi sebelum dijadikan badan setahun yang lalu lembaga yang dipimpin Yudi Latif itu bernama Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila ( UKP-PIP).

Semasa masih unit sudah ada juga Dewan Pengarah yang diketuai Megawati Sukarnoputri.Sedangkan para anggota terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang kemudian menjadi Dewan Pengarah juga untuk BPIP. Pada masa itu tidak terdengar adanya gesekan antara Yudi Latif dengan Dewan Pengarah ataupun dengan Presiden.

Begitu juga halnya ketika Unit kerja itu berdasarkan Perpres Nomor 7 Tahun 2018,ditingkatkan statusnya menjadi badan juga tidak terdengar adanya hal hal yang berkaitan dengan masalah internal BPIP. Cuma yang berbeda dengan masa UKP-PIP maka setelah jadi Badan Presiden menetapkan besaran gaji atau penghasilan Dewan Pengarah dan juga Ketua BPIP beserta staf yang bekerja disana.

Besaran penghasilan tersebut kemudian menjadi pembahasan yang luas ditengah tengah masyarakat. Secara umum komentar yang muncul menilai secara negatip besaran penghasilan yang diterima itu. Berbagai polemik juga mengemuka termasuk terhadap BPIP sendiri yang oleh sementara kalangan menyebut ,badan itu tidak ada gunanya, personilnya terlalu banyak karenanya beban negara untuk itu juga menjadi bertambah.

Berkaitan dengan kritik kritik tersebut maka muncullah dugaan apakah karena hal yang demikiankah penyebab mundurnya Yudi Latif? Bisa saja dengan berbagai komentar negatip itu ia menjadi merasa risih .Bisa  ia merasa tidak layak terus berbicara tentang sesuatu yang luhur tentang sesuatu yang berkaitan dengan falsafah bangsa tetapi itu semua dilakukan karena memperoleh imbalan yang besar dari negara.

Kalau memang pandangan yang demikian yang ada pada pikiran Yudi Latif maka hal tersebut akan mempengaruhinya dalam melaksanakan tugas. Dengan perkataan lain secara psikologis Yudi akan tersandera. Kita misalkanlah, Yudi sedang berbicara dengan sekelompok masyarakat dalam halmana ia menegaskan  untuk memelihara nilai nilai Pancasila itu dibutuhkan idealisme dibutuhkan semangat dan sikap tanpa pamrih.

Ketika ia mengucapkan kalimat kalimat indah tersebut bisa saja muncul celotehan dalam hati peserta pertemuan misalnya" Aaah Bapak bisa mengucapkan kalimat yang demikian karena setiap bulannya terima penghasilan puluhan juta". Ditengah tengah kritisnya masyarakat sekarang ini maka ucapan ucapan yang demikian bukan mustahil untuk dilontarkan.

Dengan contoh tadi lah yang dimaksudkan bahwa Yudi secara psikologis akan tersandera. Apalagi hal tersebut benar benar ada dalam pikiran Yudi maka dipastikan hal tersebut akan memengaruhi kelincahannya dalam memasyaratkan Pancasila. Sepanjang yang diketahui, Yudi Latif adalah sosok pemikir dan intelektual yang hidup secara bersahaja. Kebersahajaannya itulah yang selama ini menjadi kekuatannya sehingga ia bisa berbicara tentang sesuatu yang adiluhung tentang falsafah bangsa yang begitu agung.

Tetapi dengan menerima penghasilan besar kesan bersahaja itu akan sirna. Inilah dalam pikiran saya salah satu alasan yang menyebabkan Yudi Latif mengundurkan diri.

Salam Pancasila!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun