Pada 1 Juni 2018 ,bangsa kita mengadakan upacara untuk memperingati Hari Lahir Pancasila. Presiden Joko Widodo menjadi Inspektur Upacara pada peringatan tersebut yang dilaksanakan di halaman Gedung Pancasila, Pejambon Jakarta.
Diberitakan sebagai Inspektur Upacara ,Jokowi mengenakan busana Jawa.Para tamu dan undangan juga mengenakan busana yang bercorak kedaerahan. Dalam pandangan saya bukanlah suatu kebetulan Jokowi berbusana Jawa pada upacara penting itu .Jokowi berbusana Jawa karena memang ideologi Pancasila yang diperingati hari lahirnya itu adalah sebuah ideologi yang berasal dari negeri ini dan bukan ideologi yang berasal dari luar.
Dikisahkan jauh sebelum berpidato pada 1 Juni ,Sukarno sudah lama merenung dan berpikir kalau nanti Indonesia merdeka,apakah ideologi yang cocok untuk Indonesia merdeka itu. Renungan itu juga dilakukannya dalam pembuangan yang bersejarah di Pulau Endeh ,dibawah pohon Sukun dengan memperhatikan kehidupan masyarakat di negeri sendiri ,Sukarno justru menemukan unsur unsur penting dari ideologi untuk negara yang akan didirikan itu.
Suasana negeri kita pada sekitar tahun 1945 sedang diliputi pertarungan ideologi besar dunia terutama antara ideologi kebebasannya Amerika dan ideologi Komunis yang dimotori oleh Uni Sovyet.
Pertarungan hegemoni kedua ideologi tersebut sangat terasa terutama sesudah kekalahan Jerman pada Perang Dunia Kedua. Eropah dibagi oleh kedua negara pemenang ,Amerika Serikat beserta sekutunya di satu pihak dan Uni Sovyet yang dijuluki juga negara " Beruang Merah" pada pihak lainnya.
Menjelmalah Eropa Barat yang berideologi kebebasan dibawah pengaruh Amerika Serikat dan muncul jugalah Eropa Timur dibawah kendali Uni Sovyet dengan ideologi Komunisnya.
Indonesia atau pada sebelum kemerdekaan disebut Hindia Belanda biar bagaimana pun tentu terpengaruh dengan kedua ideologi besar itu. Sukarno yang sangat terpelajar itu tentu sudah melahap habis semua buku yang berkaitan dengan ideologi barat sebutlah misalnya Declaration of Independence nya Thomas Jefferson ataupun Manifesto Komunis nya Karl Marx.Â
Tetapi pada poin inilah kita harus angkat topi untuk Sukarno karena ia " sang kutu buku " itu tidak terpengaruh dengan ideologi ideologi yang demikian.
Untuk sebuah Indonesia Merdeka ,Sukarno lebih menitik beratkan pemahamannya kepada kultur bangsanya yang kemudian ia rumuskan menjadi Pancasila.
Setelah merdeka ,Indonesia yang punya ideologi Pancasila itu tidak terlepas dari tarikan ideologi kebebasan ,liberalisme barat dan ideologi komunis yang dianut oleh Uni Sovyet dan juga Republik Rakyat Tiongkok.
Andainya memang sejak awal kita tidak punya Pancasila maka agak sulit juga membayangkan bagaimana kelanjutan Indonesia ditengah pertarungan kedua ideologi besar itu.
Sukarno , Hatta dan para pemimpin bangsa dengan cerdik dapat terus mempertahankan ideologi Pancasila ditengah " pertempuran " besar kedua ideologi tersebut. Sekarang sesudah 73 tahun sejak kelahirannya selayaknya jualah kita melihat posisi Pancasila ditengah pertarungan ideologi yang ada.