Saat sekarang ini tidaklah salah kalau menyebut PDIP sangat identik dengan trah Sukarno. Ditilik dari sejarahnya ,sejak muda Sukarno telah mendirikan organisasi  sebagai wadah memperjuangkan kemerdekaan melalui sebuah partai yang disebut Partai Nasional Indonesia atau PNI.
Partai ini didirikan oleh Soekarno,Tjiptomangoenkoesoemo di Bandung pada 4 Juli 1927. Dalam perjalanannya PNI menjadi identik dengan Sukarno terlebih lebih kemudian partai ini mengusung ideologi Marhaenisme ,sebuah ideologi yang dilahirkan oleh Bung Karno.
Walaupun sesudah kemerdekaan Soekarno secara formal tidak aktip sebagai pimpinan pada partai ini tetapi publik tetap menganggap bahwa PNI adalah partainya Sukarno.
Pada pemilu pertama tahun 1955 ,PNI telah keluar sebagai pemenang pertama kemudian disusul oleh Masyumi,Nahdlatul Ulama dan pemenang keempat PKI. Sampai menjelang 1965 ,PNI masih terus menunjukkan keperkasaannya tetapi sejalan dengan perkembangan politik masa itu yang menyebabkan posisi politik Sukarno semakin melemah maka posisi politik PNI juga ikut melemah.
Pada pemilu pertama dimasa Orde Baru yang diselenggarakan tahun 1971 ,PNI masih ikut sebagai salah satu kontestan dan masih berhasil menempatkan diri pada peringkat 3 dari sepuluh kontestan.Pada posisi ketiga itu partai ini " hanya" meraih 20 kursi ( 6,93 persen) dari 360 kursi yang diperebutkan.
Posisi PNI yang demikian juga disebabkan munculnya Gokar yang didukung habis oleh penguasa.Golkar meraup 236 kursi setara dengan 62,82 persen.
Pada tahun 1973 ,pemerintahan Orde Baru mengharuskan 10 parpol selain Golkar harus melaksanakan penggabungan atau fusi. PNI kemudian bergabung atau fusi dengan Partai Kristen Indonesia ( Parkindo) ,Partai Katolik,Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia ( IPKI ) dan Partai Murba .Fusi ini menjelma menjadi Partai Demokrasi Indonesia ( PDI).
Untuk waktu sekitar 23 tahun pada partai ini " jejak" Bung Karno seolah olah tidak terlihat terutama oleh karena kondisi politik di masa itu. Tetapi pada tahun 1996 pada partai itu muncul bintang baru,Megawati Sukarnoputri.
Kemunculan Mega disambut hangat oleh publik terutama mereka yang merindukan Sukarno. Kemunculan Mega pada blantika politik itu lama kelamaan dinilai oleh penguasa Orde Baru sebagai ancaman potensial terhadap kelangsungan posisi politiknya sehingga dilakukanlah berbagai cara untuk menyingkirkan putri Sukarno itu dari kancah perpolitikan nasional.
Tetapi upaya itu gagal karena dari kader kader militan PDI loyalis Mega muncul perlawanan sehingga pada akhirnya Mega memisahkan diri dari PDI yang dipimpin Suryadi dan mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDI-P).
Lengsernya Suharto Mei 1998 semakin membukakan jalan yang lebih lempang untuk PDIP menunjukkan eksistensinya.Demikianlah pada pemilu 1999 ,pemilu pertama pada era reformasi ,PDIP telah keluar sebagai pemenang pertama.