Seperti yang telah ditulis di Kompasiana yang bertajuk "Salahkah Kalau Tafsirkan Partai Setan yang Dimaksud Amien Rais itu adalah Partai Pendukung Jokowi?" saya berpendapat atau lebih tepat menafsirkan bahwa yang dimaksud Amien Rais dalam tausyiahnya pada Jumat (13/042018) di Masjid Baiturrahim Jakarta Selatan, erat kaitannya dengan pertarungan pada Pilpres 2019.
Diperkirakan pada pilpres itu akan terjadi laga ulang atau rematch antara dua orang putra bangsa, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Dari berbagai komentar yang dikemukakannya selama ini tidak lah salah kalau saya menyebut Amien Rais akan mendukung Prabowo. Karenanya ketika ia menyebut Partai Allah dan Partai Syetan, tidak salah juga lah kalau saya menafsirkan yang dimaksudnya dengan Partai Allah itu adalah Gerindra, PKS dan PAN.
Ketika dia mengajak umat agar bersama dengan partai pembela agama Allah maka itu berarti dia mengajak umat untuk mendukung mantan Pangkostrad itu dan sekaligus jangan mendukung Jokowi. Ajakan Amien Rais yang demikian apakah akan bisa menaikkan elektabilitas Prabowo?
Seperti kita ketahui, dalam pandangan publik selama ini ada 4 parpol yang punya perwakilan di DPR RI yang masuk kategori partai Islam. Yakni PKB, PKS, PAN, dan PPP.
Partai Kebangkitan Bangsa punya basis pemilih tradisional di Jawa Timur dan sebahagian besar dari mereka adalah warga Nahdlatul Ulama.
Tentu warga PKB akan keberatan apabila Amien Rais tidak memasukkan partai mereka sebagai bahagian dari partai pembela agama Allah.
Sekurang-kurangnya mereka akan menggugat dalam hati apa ukuran yang digunakan oleh pendiri PAN itu membuat dikotomi antara Partai Allah dengan Partai Syetan.
Kemungkinan besar ada 2 buah ukuran yang dibuat Amien Rais berkaitan dengan hal tersebut. Pertama adalah Pilgub DKI 2017 pada masa itu pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada putaran pertama diusung oleh Gerindra-PKS dan pada putaran kedua PAN ikut bergabung.
Pada putaran pertama, PAN, PKB, PPP dan Demokrat adalah pengusung Agus Harimurthi Yudhoyono-Silvana Murni. Pada putaran kedua PKB dan PPP mengalihkan dukungannya kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat. Pada masa itu sebahagian umat Islam mengecam Basuki Tjahaja Purnama karena ucapannya tentang Al Maidah 51. Oleh karena pada Pilgub DKI itu sentimen agama sangat kuat diangkat maka muncullah istilah partai penista agama.
Sangat jelas yang dimaksud istilah itu adalah para parpol pengusung dan pendukung Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat yaitu: PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem, PKB, dan PPP. Sedangkan partai yang disebut bukan penista agama adalah Gerindra, PKS, dan PAN.
Saat itu muncul lah seruan yang sampai sekarang masih terdengar gaungnya, jangan pilih partai penista agama. Kemungkinan ukuran berikutnya yang digunakan oleh Amien Rais adalah parpol yang akan mengusung Jokowi dan yang mendukung Prabowo. Untuk partai pendukung Prabowo masuk kategori partai pembela Agama Allah sedangkan partai pendukung Jokowi bisa dimasukkan bukan partai pembela agama Allah.