Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencermati Puisi "Di Kolong Meja" yang Dibacakan Setnov pada Pledoinya

13 April 2018   19:54 Diperbarui: 13 April 2018   20:20 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jum' at,13 April 2018 ,Setya Novanto membacakan nota pembelaannya atau Pledoinya sehubungan dengan tuntutan hukum yang ditujukan kepadanya.

Seperti diketahui Novanto dituntut hukuman pidana penjara selama 16 tahun dan denda RP.1 miliar subsider 6 bulan kurungan .
Pada akhir Pledoinya itu Setnov membacakan sebuah puisi karya Linda Djalil yang berjudul " Di Kolong Meja".
Puisi itu ditulis oleh Linda Djalil yang khusus dibuatkan untuknya

Di awal sidang ,Novanto sempat mengungkit sedikit kisah perjalanan hidupnya yang sulit .Bahkan Novanto harus berjuang keras untuk berjualan beras,madu hingga jadi pembantu untuk bertahan hidup.
Berikut teks puisi " Di Kolong Meja " yang dibacakan Setnov itu.

Di kolong meja ada debu yang belum tersapu ,
Kadang pembantu pura pura tidak tahu

Di kolong meja ada piang berdebu yang memang sengaja tak disapu
bersembunyi berlama lama ,karena takut seluruh melintas dan membebani bahu

Di kolong meja tersimpan cerita anak manusia menjaga hidup ,gigih dari hari kehari
Meraih ilmu dari keterbatasan untuk cita cita kelak yang tidak semu tanpa lelah dan malu
Karena telah lelah menghirup bersama kelabu

Di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia yang bersahaja yang bisa diikuti oleh siapa saja karena cerdas caranya bekerja
Di kolong meja ,ada lantai ada yang tanpa cela ada yang berjenjang
Bergelombang siap menganga menghadang cita cita
Apabila ada cita cita kolong meja siap menerka tanpa tanya

Di bawah meja sesungguhnya ada beberapa sosok orang yang sepatutnya jadi sasaran
Di kolong meja ada pecundang yang sedang bersembunyi ,sembari cuci tangan ,cuci kaki,cuci muka dan cuci warisan kesalahan

Apakah mereka akan senantiasa disana dengan mental banci berlumur keringat dan ketakutan dan sesekali terbahak bahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan
( dikutip dari era.id)

Mengingat puisi itu dibuatkan Linda Djalil khusus untuk Setnov maka tidak salah puisi itu menggambarkan perjalanan hidupnya .
Perjalanan hidupnya yang penuh derita itu secara perlahan mulai berobah karena ia adalah anak manusia yang gigih.
Memang riwayat hidup Setnov adalah gambaran kegigihan dari seorang anak manusia yang menapaki hidup mulai dari bawah.

Ia pernah jadi pembantu ,menjadi supir berjualan beras hingga madu yang kesemuanya dilakoninya untuk bertahan hidup.
Tetapi Setnov adalah sosok yang cerdas dan gigih .Ia tidak mau hanya menjadi Supir pribadi ,ia tidak hanya mau sebatas pedagang beras di pasar .Ia punya cita cita .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun