Selain menyebut Jokowi ngibulin rakyat dengan cara membagi bagi sertifikat tanah,pada pidatonya  di Hotel Savoy Homann ,19/3/2018, Amien Rais juga bicara tentang kebangkitan PKI.
"Pemimpin (Jokowi) mengatakan tahun 1965 baru  4 tahun .Mana ada PKI Balita.Memang nggak ada,tetapi mengapa rezim ini memberi angin membangkitkan PKI" ,ujar Amien Rais.
Tentang PKI Balita diungkapkan oleh Presiden Jokowi pada 6 Maret 2018 ketika menyerahkan 15.000 sertifikat tanah untuk rakyat di Kabupaten Bogor. Jokowi mengatakan ia merasa kesal karena terus terusan dituduh ada hubungannya dengan PKI. Padahal pada tahun 1965, umurnya baru 4 tahun. Artinya kalau ia disebut PKI maka ia termasuk PKI balita.
Kata kata Jokowi inilah yang kemudian diulang kembali oleh Amien Rais di Hotel Savoy Homann tersebut. Dari pernyataan Ketua Dewan  Kehormatan PAN itu jelas ditangkap maksudnya bahwa pemerintahan Jokowi- JK memberi angin bangkitnya PKI. Oleh karena sejak maju pada Pilpres 2014 ,issu PKI oleh sebahagian kalangan dikaitkan dengan Jokowi maka ketika sekarang ini ada yang menghembuskan PKI bangkit maka mungkin banyak juga orang yang mempercayainya.
Saya dan sebahagian besar dari kita tentu akan menentang bangkitnya PKI di negara ini. Tetapi terhadap hal yang demikian layak juga dipertanyakan bagaimana kita memercayai issu itu. Apakah memang aparat yang berwenang atau pihak lain punya bukti yang kuat bahwa PKI telah bangkit lagi di negara ini.
Seperti diketahui ketika PKI mengadakan pemberontakan di Madiun pada 18 September tahun 1948 maka beberapa orang tokohnya telah tewas diantaranya pimpinan puncaknya Muso. Selang beberapa waktu ,PKI dapat kembali mengkonsolidasi kekuatannya dibawah pimpinan tokoh yang lebih muda antara lain DN Aidit,Nyoto, Nyono dan beberapa tokoh lainnya.
Sekitar 5 tahun mengkonsolidasi diri maka pada pemilu 1955 ,publik banyak juga yang terkejut karena ternyata PKI bisa masuk dalam 4 besar perolehan suara pada pemilu tersebut sesudah perolehan suara Partai Nasional Indonesia ( PNI) ,Masyumi dan Nahdlatul Ulama.
Sejak kemenangan yang demikian terlihat PKI semakin agresif melakukan aktivitas politiknya termasuk menyerang secara fisik maupun mental para tokoh yang dianggapnya menghalangi kemajuan PKI. Offensif ,agresif revolusioner itu mencapai puncaknya ketika terjadi G 30 S PKI Tahun 1965.Setelah peristiwa itu banyak bahkan ratus ribuan tokoh ataupun kader PKI yang menemui ajalnya.
Pada akhir tahun 60 an secara fisik dan ideologi ,komunis sudah habis di negeri ini. Pemerintahan Orde Baru menerapkan kebijakan yang sangat keras terhadap eks PKI dan ajaran komunis yang disebut dengan istilah ekstrim kiri. Turunan PKI juga ikut menderita karena sebahagian besar dari mereka sudah kehilangan hak haknya sebagai warga negara. Mereka tidak diperkenankan menjadi Pegawai Negeri Sipil maupun jadi anggota TNI. Parpol pada masa itu tidak ada yang bersedia menerima turunan PKI menjadi anggotanya .
Kemudian situasi internasional juga memperlihatkan bahwa ideologi komunis juga sudah mendekati titik akhirnya. RRC sebagai negara komunis terbesar penduduknya di dunia sudah meninggalkan ideologi ini terutama dibidang ekonomi.RRC adalah negara komunis dengan ideologi liberal dan pasar bebas. Begitu juga halnya Rusia juga tidak terlalu tertarik lagi dengan ajaran Marx,Lenin dan pemikir komunis lainnya.
Artinya kedua negara yang dulu dijuluki " Negara Tirai Besi" dan " Tirai Bambu " itu tidak akan memberi dukungan terhadap partai komunis yang ada diluar negaranya. Yang masih sangat kental dengan ideologi komunis hanyalah Korea Utara tetapi tidak terdengar juga ekspansi ideologi yang dilakukan oleh Pyongyang .