Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengkritisi Permintaan Agar Kapolri Dicopot

10 Februari 2018   20:25 Diperbarui: 10 Februari 2018   20:34 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA)

Persaudaraan Alumni 212 (PA) meminta Presiden Jokowi mencopot Jenderal Tito Karnavian dari jabatan Kapolri menyusul pernyataan soal ormas selain NU dan Muhammadiyah ingin merontokkan negara.

Seperti diberitakan detiknews,1/2/2018,Pernyataan itu disampaikan dalam surat yang ditandatangani Ketua Umum PA 212 Slamet Maa'rif dan Sekretaris Umum Bernard Abdul Jabar yang diterima detikcom,Kamis ,1/2/2018.

"Kami minta pada Presiden Jokowi supaya Kapolri Jenderal Tito Karnavian segera dicopot dari jabatannya.Karena kami yakin masih ada perwira tinggi Polri yang betul betul Pancasilais,paham sejarah bangsa sendiri ,tidak membenci Islam serta bersahabat dengan Ummat Islam " kata Slamet dalam surat itu. Seperti diketahui akhir Januari yang lalu beredar potongan video pidato Tito soal Ormas pendiri negara yang viral .Pidato itu sendiri diucapkan Tito pada 2017.Tito juga heran kenapa video itu viral sekarang.

Setelah dicek ,pidato Tito itu adalah pada 8 Pebruari 2017, setahun yang lalu ketika acara di pesantren di tempat KH Ma' ruf Amin.

"Itu adalah acara yang sudah setahun yang lalu .Justru yang jadi pertanyaan sebetulnya menurut saya kok bisa muncul sekarang dan dipotong " ujar Tito.

Menurut Tito ,pidatonya tersebut berdurasi sekitar 24 menit.Ia menyebut pemotongan video tersebut menjadi dua menit membuat ada yang salah paham isi dari pidatonya. Saya sendiri menonton melalui Tv acara 8 Pebruari 2017 itu yang diadakan di Pesantren An Nawawi Tanara ,milik Rois Am PB NU ,KH Ma'ruf Amin.Rois Am PB NU itu juga hadir pada acara tersebut .

Acara tersebut bertajuk " Silaturrahim dan Dialog Kebangsaan". Selesai acara saya langsung menulis artikel di Kompasiana" Kapolri Bicara Blak- blakan tentang NU,Muhammadiyah dan Islam Garis Keras". Ketika menyimak dengan seksama keseluruhan pidato Tv melalui siaran langsung itu ,saya tidak melihat ada yang janggal dari isi pidato itu.

Saya juga tidak melihat adanya ucapan Tito yang bisa dianggap meremehkan ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah. Dalam pidatonya Tito mengemukakan NU punya wajah tersendiri dalam peta Islam dunia .Islam yang ditampilkan adalah adalah Islam yang beradaptasi dengan kearifan lokal Indonesia.Kalau Islam di Timur Tengah dikenalkan dengan cara pedang tapi Indonesia beruntung karena Islam diperkenalkan dengan cara damai.Bukan introduce by sword but by words.

Selanjutnya Tito menawarkan kerjasama strategis bersama NU untuk menjaga kesatuan NKRI.Tito juga meminta kepada Kapolda dan Kapolres di daerah daerah agar sama sama memperkuat NU dan Muhammadiyah.

Kapolri juga mensinyalir masuknya Islam garis keras di negeri ini dan berusaha mempengaruhi akar rumput ( grass root) NU dan Muhammadiyah dengan memperkenalkan doktrin Islam garis keras.Untuk itu Tito berharap pimpinan kedua organisasi dapat lebih waspada dalam menangkal upaya Islam garis tersebut. Menyimak ulang pidato tersebut, memang Tito menaruh harapan besar kepada NU dan Muhammadiyah terutama untuk menjaga kesatuan NKRI serta untuk mewaspadai masuknya Islam garis keras.

Tidak ada yang salah dengan harapan Tito tersebut.Dan perlu diingat bahwa jenderal polisi berbintang empat itu tidak ada menafikan peran ormas Islam lainnya untuk menjaga keutuhan NKRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun