Sejak kelahirannya pada 20 Oktober 1964 ,Golkar dikenal sangat dekat dengan TNI. Malahan kalau ditilik dari sejarahnya ,parpol yang lahir dengan nama Sekretariat Bersama Golkar ( Sekber Golkar) ini selalu dipimpin oleh anggota ataupun purnawirawan TNI. Beberapa nama yang berasal dari TNI tercatat sebagai sosok yang pernah menjadi ketua umum organisasi yang menggunakan lambang pohon beringin tersebut.Ketua Umum pertama dijabat oleh Mayjend Djuhartono kemudian dilanjutkan oleh S . Sukowati yang juga perwira tinggi TNI. Selanjutnya Golkar dipimpin oleh Amir Murtono, Sudharmono dan Wahono yang juga perwira tinggi  TNI.
Masih dimasa orde baru ,Harmoko adalah tokoh sipil pertama yang memimpin Golkar. Sesudah Era Reformasi ,Golkar menyatakan diri sebagai partai politik dengan ketua umumnya Akbar Tanjung ,kemudian digantikan oleh Juauf Kalla dan diteruskan oleh Abu Rizal Bakrie .
Munaslub Golkar Mei 2016 memilih Setya Novanto sebagai ketua umum dan sekarang  pimpinan tertinggi Golkar berada ditangan Airlangga Hartarto. Selain kehadiran TNI pada pucuk pimpinan Golkar, juga harus diakui bahwa Golkar memang dilahirkan oleh TNI yang ketika itu menggunakan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI) .
Ada 3 organisasi besar yang ikut melahirkan Sekber Golkar pada tahun 1964 yaitu Soksi ,dibawah pimpinan Suhardiman,MKGR dibawah komando Sugandhi dan Kosgoro dibawah kendali Mas Isman. Ketiga pimpinan organisasi ini juga adalah perwira ABRI. Dengan demikian sejak lama sudah terbuhul hubungan yang sangat baik antara Golkar dengan TNI.
Berdasarkan hubungan sejarah yang demikian maka terasa sangat wajar ketika Airlangga Hartarto,Ketua Umum Partai Golkar, mengangkat dan menghunjuk Letjend ( Purnawirawan) Lodewijk Freidrich Paulus sebagai Sekretaris Jenderal Partai Golkar. Lodewijk telah menorehkan sejumlah karir di TNI Angkatan Darat.
Sesudah menyelesaikan pendidikan di Akademi Militer ( Akmil) tahun 1981, ia menapaki kariernya di Kopassus,pasukan  elite Angkatan Darat.
Beberapa jabatan yang pernah diembannya di TNI Angkatan Darat antara lain Waasops Danjend Kopassus,Danrindam I/ Bukit Barisan,Danjend Kopassus, Pangdam I/ Bukit Barisan dan selanjutnya menjadi Dankodiklat TNI Angkatan Darat yang memberinya pangkat bintang tiga. Lodewijk mengakhiri kariernya di TNI tahun 2015 dengan pangkat Letnan Jenderal.
Sewaktu menjabat sebagai Pangdam I/ Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan ,nama Lodewijk cukup dikenal oleh masyarakat Sumatera Utara. Jenderal bintang dua ini cukup rajin menghadiri acara acara yang digelar oleh berbagai organisasi. Dia cukup ramah ,mudah diajak berkomunikasi dan menghargai teman bicaranya. Sewaktu bertugas sebagai Pangdam itulah, Lodewijk sangat memperhatikan masalah lingkungan hidup sehingga waktu itu ia mencanangkan program penghijauan Danau Toba.
Hal ini didasari oleh pengamatannya bagaimana gersangnya bukit bukit di sekitar Danau yang jadi pusat Pariwisata itu. Program nya Go Green Danau Toba mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Kemudian dalam kesehariannya ia terlihat termasuk bersahaja. Dalam pengamalan ajaran agama, saya sangat terkesan karena setiap Senin dan Kamis ia melaksanakan puasa sunat. Sesudah menyelesaikan jabatannya di TNI kemudian ia mulai aktif di Partai Golkar.
Dalam kedudukannya sebagai fungsionaris Golkar,Lodewijk beberapa kali datang di Sumatera Utara. Walaupun Ia pernah menjadi orang pertama pada TNI Angkatan Darat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau tetapi dalam setiap kunjungannya sebagai " orang sipil " itu tidak terlihat ia menderita post power syndrome.Terkesan Lodewijk sangat menyadari posisinya sehingga dengan mudah ia berbaur dengan setiap orang yang ada pada acara acara di Sumatera Utara.
Kadang kadang ia berdiri sembari ngobrol dengan kader kader Golkar maupun dengan masyarakat yang ada pada kegiatan kegiatan tersebut. Dengan kemampuannya menyesuaikan diri dari kehidupan militer ke kehidupan sipil diyakini akan menopang kariernya yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Golkar.
Selamat mengemban tugas baru Pak Lodewijk.