Teka teki siapa yang bakal diusung PDIP pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) terjawab sudah. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, Kamis (4 /1) telah resmi mengumumkan sosok yang diusung partainya pada Pilgubsu nanti adalah Djarot Syaiful Hidayat, mantan Gubernur DKI.
Sebagian masyarakat Sumatera Utara tentu sudah mengenal nama tokoh ini karena sekitar dua tahun karena ia bersama Basuki Tjahaja Purnama telah memimpin ibu kota.
Kalau diringkas alur pikir Mega sehingga menjatuhkan pilihan pada mantan Wali Kota Blitar ini akan ditemukan hal-hal berikut:
- Mega mengenal dengan baik sosok Djarot, terutama ketika bertugas sebagai Wali Kota Blitar, Wakil Gubernur DKI, maupun sebagai Gubernur DKI
- Meyakini Djarot bisa diterima masyarakat Sumatera Utara yang berkarakter terbuka
- Djarot dinilai memiliki rekam jejak yang bersih selama memimpin dan menjadi anti tesis gubernur sebelumnya yang kerap tersandung masalah hukum.
Selain tiga alasan tersebut, Mega juga menyebut alasan lainnya yang tercermin pada pesannya, "Tolonglah terima Pak Djarot, di sana banyak juga Jawanya".
Dengan pesan ini, Mega juga ingin menggugah masyarakat Sumatera Utara yang punya darah Jawa agar memilih Djarot. Diperkirakan masyarakat Sumut yang berasal dari etnis Jawa berkisar 33 persen. Kalau dicoba dihubungkan dengan analisis SWOT maka keempat hal tersebut di ataslah yang merupakan "strength" atau kekuatan Djarot di mata Mega.
Kalau dicermati memang banyak kader-kader PDIP pada tingkat nasional yang berasal dari Sumatera Utara tetapi dari sekian banyak kader itu tidak ada kader yang punya darah Jawa. Umumnya kader-kader itu berdarah Batak.
Mungkin hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat Mega menjatuhkan pilihannya kepada Djarot. Memang pada Pilgubsu langsung tahun 2008, PDIP pernah mengusung calon gubernur beretnis Jawa yaitu, Tritamtomo.Â
Mantan Pangdam I/Bukit Barisan ini yang berpasangan dengan Benny Pasaribu hanya berada pada peringkat kedua dan yang keluar sebagai pemenang pada Pilgubsu itu adalah pasangan Syamsul Arifin/Gatot Pujonugroho.
Memang Tritamtomo berasal dari etnis Jawa tetapi ia bukanlah aktivis partai.
Selanjutnya bagaimana kita mencoba memahami ungkapan Mega "... di sana banyak juga Jawanya"?
Dengan ungkapan yang demikian, Ketua Umum PDIP itu tidak menafikan bahwa sentimen etnis juga punya pengaruh bagi pemilih untuk menentukan pilihannya.