Besok ,Sabtu ,2 Desember 2017 direncanakan akan dilaksanakan Reuni Alumni 212.
Acara dilaksanakan di Lapangan Monas dan menurut pemberitaan ,acara itu diperkirakan akan dihadiri sejuta ummat.
Tidak dapat ditampik kesan bahwa Reuni besok tersebut tentu berkaitan dengan success story Aksi Damai 212 yang dilaksanakan pada Jum'at,2 Desember 2016 ,setahun yang lalu.
Pada waktu itu jutaan ummat membanjiri lapangan Monas dan sekitarnya kemudian melaksanakan Sholat Jum'at yang juga dicatat sebagai Sholat Jum'at terbesar jemaahnya yang dilaksanakan di lapangan terbuka.
Aksi Damai 212 itu dilaksanakan dengan sebuah thema tunggal :Penjarakan Ahok.
Walaupun aksi damai itu digelar dengan tuntutan agar Ahok dipenjarakan tetapi terendus juga adanya aroma lain yaitu untuk mendegradasi popularitas Jokowi.
Tetapi kelihatannya Jokowi cukup cerdas membaca situasi sehingga Kepala Negara,Wapres JK dan sejumlah petinggi negara ikut gabung dan melaksanakan Sholat Jum' at bersama jutaan jemaah.
Jokowi juga sempat menyampaikan sambutan singkat.Dengan langkah cerdas tersebut banyak kalangan yang menyebut ,justru pada waktu itu Jokowi berhasil menguasai panggung.
Seperti kita ketahui ,pasangan Ahok-Djarot pada bulan Mei lalu ,kalah dalam persaingan demokrasi melawan pasangan Anies- Sandi dan Ahok juga dihukum dua tahun penjara dan sekarang ditahan di Mako Brimob.
Walaupun Anies-Sandi sudah memenangkan pertarungan dan Ahok sudah dihukum tetapi tetap dilakukan berbagai upaya agar " Spirit 212 " tersebut tetap terjaga.
Beberapa kegiatan keagamaan yang diorganisir oleh Alumni 212 terus digelar .Kegiatan tersebut tidak hanya di Jakarta tetapi juga di berbagai daerah.
Upaya untuk terus memelihara " Spirit 212" tentu dapat dimaknai untuk terus memelihara soliditas diantara tokoh tokoh maupun massa yang ikut ambil bagian dalam aksi damai yang  fenomenal tahun 2016.
Berkaitan dengan hal tersebut maka selayaknya ditelisik terlebih dahulu faktor faktor penting yang membuat suksesnya aksi damai 212 tahun 2016.
Pertama,adanya ucapan Ahok tentang Al Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu tanggal 27 September 2017.
Kedua,ucapan Ahok tersebut diprotes ummat yang kemudian pada 11 Oktober 2016 terbitlah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang intinya menyatakan Ahok telah melakukan penistaan terhadap ayat ayat suci Al Qur'an serta penghinaan terhadap ulama.
Ketiga,adanya kontestasi pemilihan gubernur DKI yang diikuti oleh 3 pasangan calon yaitu ,1).Basuki Tjahaja Purnama -Djarot Syaiful Hidayat,2).Agus Harimurthi Yudhoyono -Sylviana Murni dan 3).Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.
Sebahagian ummat Islam di DKI dan juga diluar DKI banyak yang tidak menginginkan Ahok terpilih kembali sebagai penguasa Jakarta.
Untuk itu sentimen keagamaan dieksploitasi untuk menghempang langkah Ahok menuju Balai Kota.
Keempat ,digelarlah sejumlah aksi yang mendesak pemerintah menghukum Ahok .Aksi aksi tersebut juga punya tujuan agar Ahok tidak terpilih lagi sebagai Gubernur DKI.
Aksi aksi dimaksud dikordinir oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI( GNPF-MUI) dengan tokoh utamanya Bachtiar Nasir.
Walaupun tokoh utama aksi adalah Bachtiar Nasir tetapi suksesnya Aksi Aksi Bela Islam tersebut adalah karena adanya figur lain yang sangat dominan yaitu Habib Rizieq Shihab yang juga adalah Imam Besar Front Pembela Islam ( FPI).
Harus diakui ,Rizieq punya kemampuan orasi yang lumayan serta juga punya bakat yang besar dalam menggerakkan dan memimpin aksi aksi di lapangan.
Rizieq melalui orasinya mampu menciptakan idiom idiom yang dapat membangkitkan emosi massa.
Kita masih ingat salah satu orasinya yang terkenal ,dimana ia menyatakan kalau Ahok tidak dihukum maka akan terjadi revolusi.
Kelima, secara terselubung aksi aksi dimaksud juga diarahkan ke istana dengan memunculkan issu, Jokowi tidak berpihak kepada ummat Islam.
Keenam,adanya tokoh tokoh yang memberi dukungan kepada aksi aksi Bela Islam seperti Amien Rais,Fahri Hamzah,Fadli Zon dan beberapa tokoh lainnya.
Mencermati faktor faktor diatas maka diperkirakan massa yang hadir pada Aksi Damai 212 tahun 2016 terdiri dari :
Pertama ,yang meyakini bahwa Ahok telah melakukan penistaan terhadap ayat ayat suci Al Qur'an
Kedua, mengikuti aksi untuk menegakkan fatwa MUI
Ketiga,yang tidak menginginkan Ahok terpilih sebagai Gubernur DKI
Keempat ,massa FPI dan yang simpati kepada Habib Rizieq
Kelima ,massa yang merasa eksistensi organisasinya terancam oleh pemerintahan Jokowi seperti HTI
Keenam ,massa yang tidak senang terhadap Jokowi dan menginginkan agar Jokowi tidak terpilih lagi sebagai presiden.
Ketujuh,massa yang berasal dari parpol yang menginginkan tokoh lain sebagai presiden
Kedelapan,simpatisan Amien Rais,Fahri Hamzah,Fadli Zon ,Yusril Ihza Mahendra atau tokoh lainnya yang mendukung Aksi Damai 212.
Delapan faktor pendukung aksi 212 tahun 2016 tentu berbeda dengan keadaan hari ini.
Sekarang ini tidak ada lagi hal yang berhubungan dengan penistaan agama oleh Ahok,tidak ada lagi fatwa MUI yang berkaitan dengan penistaan  agama .Organisasi yang menyelenggarakan Reuni Alumni 212 bukan lagi GNPF-MUI.
Hal lainnya yang berbeda,sekarang ini tidak ada proses pilgub DKI dan Anies-Sandi sudah dilantik sebagai pemimpin baru Jakarta.
Kemudian salah satu faktor penting lainnya ,diperkirakan Habib Rizieq tidak akan menghadiri secara langsung Reuni Alumni 212.Kemungkinan Imam Besar FPI tersebut akan menyampaikan pidato nya melalui tele conference atau sejenis streaming live.
Walaupun ada faktor faktor pembeda Aksi 212 dengan Reuni Alumni 212 tetapi tetap terlihat adanya upaya untuk terus melanggengkan " Spirit 212" .Hal ini tercermin antara lain melalui diselenggarakannya Kongres Alumni 212 yang dilaksanakan bersamaan dengan Reuni Alumni 212.Kongres dimaksud dilaksanakan di Wisma Persaudaraan Haji Cempaka Putih yang telah dibuka oleh Amien Rais pada 30 November 2017.
Kongres Alumni 212 dan Reuni Alumni menyiratkan adanya keinginan yang kuat untuk melembagakan potensi alumni tersebut.
Hal ini antara lain dapat disimak dari keterangan Slamet Ma'arif,Wakil Ketua Panitia Reuni Alumni 212.
Menurutnya ada 3 agenda besar yang akan dibahas dalam kongres besar yang dilaksanakan tanggal 30 November-1 Desember .Salah satu agenda utamanya adalah memperkuat simpul simpul alumni di daerah.
Kuat dugaan berbagai kegiatan yang dilaksanakan Alumni 212 ini juga berkaitan dengan agenda politik tahun 2018 dan 2019.
Pada 2018 akan diselenggarakan Pilkada serentak pada 171 daerah provinsi,kabupaten dan kota.
Sedangkan pada tahun 2019 akan digelar pilpres.
Tentang adanya agenda politik Alumni 212 ini juga tercermin pada pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Tentulah masih terlalu dini untuk meramalkan apakah Alumni 212 ini mampu menjadikan dirinya sebagai entitas politik atau tidak.
Alumni 212 bukanlah sebuah partai politik yang dapat mengusung calonnya pada pilkada maupun pilpres.
Oleh karena Alumni 212 bukan merupakan partai politik maka diperkirakan perjuangan " Spirit212" akan disalurkan melaluiÂ
Gerindra,PKS dan PAN.
Berkaitan dengan hal tersebut rasanya tepat mengatakan bahwa kelanggengan Alumni 212 sebagai sebuah entitas politik sangat banyak ditentukan sejauhmana interaksi politik diantara sesama parpol serta bagaimana bentuk interaksi antara parpol dengan tokoh tokoh alumni 212.
Interaksi dimaksud tidak hanya untuk level nasional tetapi juga untuk tingkat daerah.
Demikianlah analisa tingkat amatir tentang potensi politik Alumni 212.
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H