Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bahkan Jokowi Pun Nyatakan Media Sosial Sangat Kejam

18 Oktober 2017   07:56 Diperbarui: 18 Oktober 2017   08:06 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Selayaknyalah kita bertanya apakah masih tepat ungkapan yang menyatakan bahwa bangsa ini masih merupakan bangsa yang ramah,santun dan menjunjung tinggi nilai nilai luhur bangsa. Pertanyaan ini mengemuka kalau dihubungkan dengan kehidupan keseharian bangsa kita. Kata kita, kehidupan bangsa ini dilandasi dengan jiwa sosial yang tinggi,saling tolong menolong, dipilin oleh kohesi sosial yang kuat.

Mungkin suasana seperti itu masih kita temukan dalam kehidupan sosial di pedesaan.Masyarakat pedesaan umumnya selalu guyub ,hidup dengan damai ,saling tolong menolong.  Mungkin juga kehidupan di wilayah perkotaan juga masih ditemukan suasana tolong menolong tersebut seperti ikatan sosial di rukun warga maupun di rukun tetangga. Tetapi yang dirasakan pada dunia media sosial sangat jauh berbeda .Kehidupan di medsos  sering memunculkan rasa permusuhan,saling mem bully bahkan menyebarkan fitnah ataupun hoaks.

Sangat sering kita temui penyebaran berita berita berisi fitnah,meme meme yang penuh penghinaan bahkan ada fabrik yang bernama Saracen yang khusus menyebarkan fitnah dengan maksud untuk membunuh karakter orang lain. Pabrik yang memproduksi fitnah dan kabar bohong ini justru melakukan serangan ke pihak lain berdasarkan permintaan atau orderan yang harus dibayar dengan lembaran lembaran rupiah. Semakin intens fitnah yang digunakan maka semakin tinggi pula biaya produksi yang dibutuhkan.

Tidak hanya Saracen tetapi kelihatannya banyak kalangan yang sangat doyan menyebarkan berita berita fitnah tersebut. Bahkan Joko Widodo,presiden kita juga tidak luput dari serangan fitnah tersebut. Jokowi sering diberitakan ada sangkutan atau hubungannya dengan PKI. Jokowi mengatakan ,di media sosial ada foto rekayasa dirinya bersama pentolan PKI DN Aidit yang tengah berpidato pada tahun 1955 .Padahal saat itu Jokowi sendiri belum lahir.

"Tahun 1965 saat PKI dibubarkan saja ,saya masih balita ,masa ada balita PKI " ujar Jokowi dihadapan para pimpinan pondok pesantren Muhammadiyah dari seluruh Indonesia saat membuka Rakornas Pesantren Muhammadiyah di Ponpes Darul Arqam ,Garut ,Selasa (17/10/2017).  Selanjutnya Kompas.com memberitakan pada kesempatan tersebut ,Jokowi mengungkapkan " Presiden negara lain bilang media mainstream bisa ditaklukkan ,dan tanya ke saya bagaimana media sosial di Indonesia,saya jawab di Indonesia medsos kejam banget".

Berdasarkan ungkapan Jokowi tersebut terlihatlah bahwa kegiatan ataupun pemberitaan medsos di negeri ini sungguh tidak sehat lagi. Seperti yang kita simak ,keluhan Jokowi tentang pemberitaan medsos sudah beberapa kali diungkapkan.Namun walaupun sudah beberapa kali diutarakan tetapi kelihatannya pemberitaan pada sebahagian besar medsos belum berubah.Malahan Jokowi tanpa ragu mengatakan medsos di negeri ini kejam.

Lalu darimanakah harus dimulai agar pemberitaan medsos itu menjadi sehat dan tidak kejam lagi? Kelihatannya kalau hanya dengan menghimbau atau meminta agar pemberitaan medsos tidak selalu negatif tidak mempan lagi.Karenanya sudah dibutuhkan penegakan hukum yang lebih keras agar medsos tidak digunakan untuk meghantam,memfitnah serta menyebarkan kabar bohong yang merugikan pihak lain.

Mengacu kepada hal-hal yang diutarakan Presiden di Garut itu maka tindakan hukum itu perlu dan penting untuk lebih segera ditingkatkan intensitasnya. Kalau hal ini dibiarkan terus berlarut larut maka dikhawarirkan efek negatif nya akan merusak tatanan sosial yang kita miliki. Reformasi di negeri ini yang memberi ruang untuk kebebasan berpendapat merupakan nilai dasar demokrasi ,tetapi perlu diingat kebebasan yang kebablasan justru akan memberi daya rusak pada kehidupan demokrasi itu sendiri. Karenanya tindakan hukum pada medsos yang kejam itu sudah sangat mendesak untuk ditindaklanjuti.

Salam Demokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun