Kemudian pandangan Hussain tentang perobahan bentuk negara Islam dari kehalifahan -kesultanan -negara jajahan- nation state ,mengindikasikan adanya keinginan yang kuat agar negara dikembalikan pada bentuk orisinalnya sesuai "konsep Islam "yaitu mendirikan kembali kehalifahan .
Pikiran pikiran seperti ini juga terlihat berkembang di negara kita dan dengan alasan yang demikianlah kemudian pemerintah membubarkan HTI.
Selain HTI masih juga ada organisasi yang menginginkan digantinya bentuk negara dari negara kesatuan menjadi kekhalifahan. Hal lain yang menarik perhatian dari pandangan Hussain ialah penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan yang menurutnya sesuai ajaran Islam.
Terhadap penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan tersebut kemudian Gus Dur memberi tanggapan pada konferensi yang diadakan di Melbourne itu.
Abdul Rahman Wahid menyatakan Islam sendiri tidak menganjurkan orang untuk berperang .Manusia lah yang berperang tanpa alasan agama.
Gus Dur melanjutkan " Dalam waktu yang sangat lama masing masing masyarakat Muslim hidup dengan prinsip persaudaraan ,keadilan dan demokrasi".
Kalau dicermati sesungguhnya Gus Dur dengan jelas menolak penggunaan kekerasan dalam Islam karena Islam itu sendiri mengandung arti kata " salam" ,kedamaian,keselamatan.
Apa yang terjadi pada dialog 22 tahun yang lalu di Melbourne itu menunjukkan fakta kepada kita adanya dua pemikiran besar dalam Islam sekarang ini yaitu penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan yang menurutnya  sesuai ajaran Islam dan pemikiran lain yang mengatakan Islam adalah agama yang diliputi kasih sayang dan persaudaraan.
Tidak dapat dinafikan kedua pemikiran ini berkembang dengan subur sekarang di negeri ini yang justru menunjukkan kesan bahwa Islam radikal kadangkala terasa lebih kuat aksinya dibandingkan dengan Islam moderat.
Untuk itulah upaya upaya menunjukkan Islam yang damai,toleran dan dipenuhi semangat persaudaraan sebangsa harus terus ditingkatkan agar keutuhan Republik yang kita banggakan ini tetap terjaga.
Salam Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H