Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Perlukah Marah Karena Inul Dukung Ahok?

29 Maret 2017   11:59 Diperbarui: 29 Maret 2017   20:00 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


(Artikel ini merupakan kelanjutan Artikel yang bertajuk" Inul Pro Ahok,Sindir Anies," Sikut Rizieq").
Foto Inul bersama Basuki Tjahaja Purnama pada acara D' Academi 4 tanggal 25Maret 2017 yang kemudian di muat dalam instagramnya telah ditanggapi banyak orang melalui kritik bahkan bully dan terhadap ini semua penyanyi dangdut tersohor itu bereaksi dengan kalimat kalimat yang keras bahkan ada yang menyebut Inul telah melakukan penghinaan terhadap ulama.
Kalau dicermati ,munculnya reaksi Inul karena fotonya dengan Ahok di bully dan dikritik.Artinya reaksi Inul karena ada aksi yang mengecamnya karena telah foto dengan sosok yang ia banggakan Basuki Tjahaja Purnama.Kalau begitu ada orang yang marah atau yang tidak suka dengan pedangdut yang bernama asli Ainur Rokhimah ini karena terlihat ia memihak kepada Ahok.
Kita harus mengakui pada setiap peristiwa pemilihan sangat banyak faktor yang memengaruhi sehingga seseorang dipilih atau tidak dipilih juga ditentukan berbagai faktor tadi.Salah satu faktor penting itu ialah faktor dukungan seorang atau beberapa tokoh terhadap figur yang maju dalam pemilihan.Karenanya tidak mengherankan menjelang pemilihan banyak tokoh yang didatangi para kontestan yang kesemuanya mengharapkan minimal mendapat dukungan simbolik terhadap dirinya yang kemudian akan diikuti oleh para pengikut ,pengagum atau simpatisan tokoh yang dikunjungi itu.
Di masa Orde Baru pada pemilihan umum banyak nama tokoh yang dicantumkan pada calon golkar walaupun tokoh tersebut tidak akan duduk sebagai anggota dewan perwakilan rakyat.Para tokoh ini disebut sebagai vote getter atau pengumpul suara.
Walaupun tidak persis sama tapi tidak salah juga kalau disebut pada pilgub dki tahun ini banyak sekali tokoh yang diharapkan menjadi vote getter untuk masing masing pasangan calon.Ucapan,tindakan maupun perkataan para vote getter ini akan dijadikan acuan bahkan mungkin pedoman untuk para fans nya dalam menentukan pilihannya.Apabila tokoh panutannya memberi sinyal akan memilih paslon A maka para pengikut atau fansnya pun akan cenderung memilih paslon A.
Menjelang Pilgub DKI putaran kedua nanti ,sekarang ini pemilih Jakarta sudah hampir terpetakan walaupun belum seutuhnya.Begitu juga para tokoh masyarakat ataupun vote getternya juga sudah hampir tergambarkan.
Yang belum terpetakan seutuhnya itu berkaitan dengan pemilih Agus -Sylvi dengan jumlah sekitar 937.955 orang dan yang tidak menggunakan hak pilih 1.794.402 orang yang kesemuanya berjumlah 2.732.357 pemilih.
Berkaitan dengan pilgub putaran pertama dan kedua nanti muncul pertanyaan dimanakah posisi Inul Darasista?
Saya memang tidak punya data valid terutama berdasarkan penelitian tentang posisi politik Inul tapi feeling saya menyatakan ia sejak awal  sudah berpihak kepada Ahok.Dugaan saya para pengikut dan fans nya pun pada pilgub putaran pertama juga sudah menjatuhkan pilihan pada Basuki Tjahaja Purnama-Djarot dan begitu juga nanti pada putaran kedua.
Akan adakah fans Inul yang berasal dari mereka yang golput kemudian mampu ditariknya nanti menjadi pemilih Ahok?Kemungkinan untuk ini ada tetapi kalau mereka yang pada pilgub putaran pertama sudah menjatuhkan pilihannya kepada Anies-Sandiaga tidak akan beralih pilihan kepada Ahok karena diajak oleh Inul.Begitu juga pemilih Agus-Sylvi juga feeling saya mengatakan tidak akan beralih pilihannya ke Ahok karena diminta Inul.
Jadi potensi Inul sebagai vote getter kemungkinan lebih bertumpu pada mereka yang golput pada putaran pertama yang lalu.
Walaupun ia punya potensi untuk menggaet pemilih tapi itu merupakan hak demokrasinya dan karenanya ia tidak perlu dibenci hanya karena pilihan politiknya jatuh kepada Basuki Tjahaja Purnama.
Tetapi tentang apakah pernyataannya termasuk menghina ulama tidak termasuk dalam cakupan artikel ini.
Salam Persatuan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun