Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haruskah Marah? Sari Roti Ibarat Bus Rental ke Tabligh Akbar

15 Desember 2016   15:54 Diperbarui: 15 Desember 2016   16:09 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seusai DoaBersama yang Super Damai 212 muncul peristiwa lain yang berkaitan dengan Sari Roti. Sebagaimana yang sudah banyak diberitakan pada Aksi Bela Islam III di Lapangan Monas ada pembagian gratis Sari Roti kepada peserta Doa Bersama. Kelihatannya ada yang memanfaatkan roti gratis ini untuk menunujukkan ke publik bagaimana hebatnya dukungan terhadap aksi damai ini. Simpati kepada Sari Roti membuncah ada rasa haru terhadap dukungan yang diberikan. Tetapi kemudian PT Nippon Indosari Corpindo Tbk sebagai produsen Sari Roti memberi klarifikasi bahwa perusahaan tersebut tidak terlibat Aksi Super Damai itu.

Selanjutnya dijelaskan ada seseorang yang membeli roti produksinya dalam jumlah besar lalu membagikan secara gratis roti tersebut pada 212. Reaksi terhadap klarifikasi ini cukup keras, muncullah seruan agar ummat memboikot Sari Roti malahan dibeberapa medsos terlihat roti dimaksud diinjak injak sebagai manifestasi kebencian. Ada amarah yang muncul ke Sari Roti.

Dibeberapa kota sering terjadi ketika ada tabligh akbar massa berdatangan dari mana mana dengan menggunakan bus rental. Bus yang digunakan oleh massa sering tidak mempersoalkan apa agama pemilik bus tersebut. Demikianlah misalnya ada perusahaan bus yang bernama PT Sejahtera yang dimiliki pengusaha non Muslim. Kemudian ada seseorang dermawan Muslim menyewa beberapa bus untuk mengangkut jemaah menuju Tabligh Akbar. 

Rupanya ada Panitia yang melihat beberapa buah bus PT Sejahtera yang mengangkut jemaah lalu dia berkata  di Mimbar "Saudara saudara peserta Tabligh Akbar, ternyata pemilik bus PT Anugrah mendukung tabligh kita ini dibuktikan dengan pemberian bus secara gratis kepada jemaah yang datang ke tempat ini". Besoknya pemilik bus memberi klarifikasi manajemen PT Anugrah tidak terlibat dengan kegiatan mengangkut massa secara gratis dan kemudisn dijelaskan ada seseorang yang menyewa beberapa bus untuk kegiatan tersebut. Terhadap penjelasan ini marahkah Panitia Tabligh Akbar?  

Peristiwa Sari Roti agak analog dengan perumpamaan dengan bus PT Sejahtera tadi. Dalam pemahaman saya wajar PT Nippon Indosari Corpindo Tbk memberi klarifikasi karena tidak ingin dikait-kaitkan dengan kegiatan politik atau keagamaan dan nyatanya perusahaan tersebut juga tidak ada membagikan roti gratis. Jadi yang salah adalah orang yang menafsirkan atau memaknai ada roti gratis yang dibagikan secara resmi oleh produsennya.Penafsirannya yang keliru ini disampaikannya kepada orang lain dan ketika muncul klarifikasi atau bantahan kemungkinan besar ada yang merasa malu lalu membalasnya secara reaktif.

Mengingat reaksi yang muncul seperti aksi boikot dan sebagainya dikaitkan dengan 212 maka akan muncul pertanyaan publik apakah untuk hal hal seperti ini Ummat Islam harus marah. Muncul lagi pertanyaan lain apabila sebuah gerakan dengan label agama tidak didukung oleh orang lain apakah Islam mengajarkan untuk memarahi orang atau kelompok tersebut terlebih lebih lagi apabila orang atau kelompok tersebut bukan beragama Islam.

Kita memahami Islam adalah agama yang penuh kedamaian agama yang menghargai toleransi dan mengajarkan saling menghormati masing-masing agama. Dinyatakan juga Islam adalah agama yang Rahmatan lil Alamin, memberi manfaat untuk semesta. Sedangkan semut yang begitu kecilpun mendapat manfaat dengan kehadiran Islam.Lalu hanya karena klarifikasi produsen Sari Roti, ummat Islam jadi marah. Apakah memang benar seperti itu cara marah yang diajarkan oleh Islam yang mengajarkan perdamaian itu?.
Inil hanyalah sekedar renungan.
Salam Perdamaian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun