Mohon tunggu...
Maratus Sholihah
Maratus Sholihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Raden Mas Said Surakarta

Sedang menimba ilmu untuk berbagi ilmu🌷

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Frugal Living, Hidup Nyaman Tanpa Tekanan

4 Juni 2024   08:45 Diperbarui: 4 Juni 2024   18:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Banyak tuntutan memang menjadi salah satu penyebab gejala stres, Generasi Z atau Gen Z terutama. Generasi yang lahir pada kisaran tahun 1996 – 2010 ini memiliki banyak tantangan yang melikupinya. Menurut Gregg L. Witt dan Derek E. Baird dalam Kumparan.com menjelaskan bahwa generasi z adalah generasi yang lahir pada kisaran tahun 1996 – 2010 yang mana mereka tumbuh berdampingan dengan teknologi digital, internet, serta media sosial yang menjadi suatu integral dihidup mereka. Hal tersebutlah yang mana sering kita sadari jika Gen Z sekarang sangat tergantung pada teknologi sehingga banyak dari Gen Z memiliki gaya hidup boros dan tinggi. Hal ini pun diperkuat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebutkan bahwa tingkat literasi keuangan Gen Z 44,04% atau lebih rendah 3,94% dari generasi millenial. Penjelasan lebih lanjut bahwa jika hanya memiliki literasi 44,04% berarti masuk kedalam tingkat yang rendah karena dibawah 60%. Dari situlah pandangan finansial Gen Z dikatakan belum matang yang mana literasi keuangan sangatlah erat dengan pengelolaan keuangan.

Selain permasalahan finansial, Gen Z juga rentan akan permasalahan kesehatan mental. Berita dari CNBC Indonesia yang melansir dari McKinsey Health Institute pada survei Gen Z Global 2022, menjelaskan bahwa diketahui terdapat faktor khusus yang mempengaruhi kesehatan mental para Gen Z seperti halnya tahap perkembangan, keterlibatannya dalam layanan kesehatan, bagaimana sikap dari keluarga maupun masyarakatnya, hingga media sosial. Menurut survei yang telah dilakukan tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa sekitar sepertiga jumlah responden menghabiskan waktunya selama lebih dari dua jam perhari untuk bermain media sosial. Dan merekapun juga mengaku bahwa media sosial sangatlah mempengaruhi kesehatan mental mereka. Pada survei yang sama pula dijelaskan bahwa Gen Z memiliki generasi yang paling banyak mendapatkan dampak negatif dari media sosial.

Hidup berdampingan dengan internet tak selalu memiliki nilai baik meskipun pada umumnya semua hal termudahkan dengan adanya internet. Segala macam informasi dapat diakses dimana saja dan kapan saja tak pernah kenal waktu lelah. Dari banyaknya informasi akan membuat Gen Z memiliki sikap FOMO (fear of missing out) yang mana sikap tersebut bisa saja tak terkendalikan. Mengutip dari laman Halodoc, FOMO merupakan kondisi dimana seseorang khawatir atau cemas ketika melewatkan pengalaman, acara, atau aktifitas yang terjadi disekelilingnya. Dengan kondisi seperti itu, jika Gen Z tidak segera menyadari akibat buruk yang terjadi setelah segala hal ditiru/dilakukan, maka hidupnya tak akan nyaman dan selalu penuh dengan tekanan. Salah satu hal yang dapat menghentikan kebiasaan tersebut para Gen Z dapat menerapkan Frugal Living.

Jika dilihat dari segi bahasa, frugal living berasal dari dua kata yaitu frugal yang berarti hemat dan living yang berarti hidup, maka secara harfiah frugal living berarti gaya hidup hemat. Frugal living juga dapat dikatakan sebagai suatu gaya hidup hemat yang dikembangkan dengan cara mengelola uang dengan bijaksana dan mengurangi hal yang tidak perlu. Pada web resmi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara menjabarkan beberapa cara untuk menerapkan frugal living pada kehidupan sehari-hari, seperti dengan memperhatikan setiap anggaran pengeluaran atau pemasukan, berhemat, memiliki rancangan belanja, meminimalkan hutang, lebih suka memasak dirumah, berwisata tanpa harus mengeluarkan banyak uang, hingga tetap memikirkan investasi maupun tabungan. Penerapan frugal living tidak serta merta menjadikan orang tersebut menjadi pelit, namun dengan penerapan frugal living hidup kita dapat lebih jelas arahnya. Frugal living sangat cocok diterapkan bagi Gen Z yang sedang hidup berdampingan dengan kemajuan teknologi. Banyaknya informasi yang terus bermunculan dapat mengubah keinginan menjadi tuntutan jika tidak dikelola dengan baik dan akan mengancam kesehatan mental para Gen Z.

Selain dari perspektif duniawi, dalam ajaran agama Islam juga melarang umatnya untuk hidup secara boros. Hal ini diterangkan dalam Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 26 – 27. Pada ayat tersebut Allah berfirman kepada umat Islam agar tidak menghambur-hamburkan harta secara boros, karena pemboros adalah saudara setan dan setan itu sangatlah ingkar kepada Tuhannya. Begitulah kiranya ketetapan Allah yang tidak akan pernah memberatkan hambanya dan tidak akan ada masalah jika tidak ada solusinya. Dalam hal ini frugal living muncul sebagai solusi untuk semua kalangan agar sejahtera hidupnya.

Berbicara mengenai frugal living pada Gen Z akan sangat membantu, tidak hanya mengeluarkannya dari sistem hidup boros namun juga dapat menjadikannya lebih bijak dan mencegah dari gangguan mental yang dapat terjadi. Frugal living dapat kita mulai dari hal terkecil yang biasa kita lakukan seperti mempertimbangkan dalam membeli sesuatu dengan memilah mana yang memang betul-betul diperlukan atau tidak. Kita pasti menyadari bahwa setiap hal kecil tetap akan memberi dampak yang baik jika kita konsisten melakukannya. Jadi, bagi siapapun dan dari generasi apapun itu, bisakah kita mulai untuk menjalani hidup nyaman tanpa tekanan dengan frugal living?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun