Pendidikan Guru Penggerak angkatan 6 yang dilaksanakan mulai akhir Agustus tahun ini, sudah menyelesaikan pembelajaran modul 1. Pada modul 1 ini, terdapat 4 sub modul, yaitu modul 1.1, modul 1.2, modul 1.3, dan modul 1.4. Kegiatan yang dilakukan pada setiap sub modul hampir sama, yaitu eksplorasi modul, diskusi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, dan aksi nyata.
Pembahasan pada setiap sub modul berbeda. Materi sub modul 1.1 mempelajari tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pada modul ini, kita diajak menyelami pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Modul 1.2 mempelajari materi tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Pada modul 1.3 CGP mempelajari tentang visi guru penggerak. Materi Modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak angkatan 6 bertemakan Budaya Positif.
Pada materi modul 1.4 ini, Calon Guru Penggerak (CGP) banyak menemukan pengetahuan baru. Modul ini berisikan materi tentang disiplin positif, nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, dan segitiga restitusi. Keyakinan kelas dan kebutuhan dasar manusia juga dipelajari pada modul ini.
Sebagai penanda berakhirnya pembelajaran sub modul maka Calon Guru Penggerak diminta untuk membuat sebuah kegiatan aksi nyata. Kegiatan aksi nyata merupakan implementasi dari setiap sub modul yang sudah di pelajari.
Pada kegiatan aksi nyata modul 1.4 ini, penulis mengadakan sesi berbagi untuk teman sejawat yang berada di sekolah. Sesi berbagi ini bertajuk "Diseminasi Modul 1.4 Budaya Positif". Diseminasi Budaya Positif dilaksanakan secara tatap muka di SD TAQUMA Surabaya bersama sekitar dua puluh guru.
Sesi berbagi ini membahas tentang disiplin positif, pentingnya kontrol posisi, keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi di lingkungan sekolah. Pelaksanaan aksi nyata berlangsung selama enam puluh menit. Peserta diseminas sangat antusias dengan materi yang disampaikan. Apalagi, bagi mereka materi ini merupakan pengetahuan baru.
Selain berbagi dengan teman sejawat, para guru di sekolah, kegiatan aksi nyata ini juga menerapkan segitiga restitusi kepada siswa yang melanggar. Penerapan segitiga restitusi dilakukan dengan 3 langkah, yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.
Hasil yang didapat dari kegiatan aksi nyata ini sangat bermakna. Guru mendapatkan pengetahuan baru tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin pembelajaran di kelas dengan berbagai materi budaya positif. Siswa merasa senang, dengan menerapkan segitiga restitusi, siswa merasa tidak dihukum ketika melakukan pelanggaran. Semoga dengan berbagi materi budaya positif ini menambah khazanah kebaikan pada atmosfer pendididikan kita.
Salam dan bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H