Maratini Shaliha Aisyawati
11254143050
Psikologi
Sering kita lihat di televisi, dengar di radio, bahkan melihat langsung aksi demo yang dilakukan oleh para guru honorer. Sebagai pelajar, banyak dari kita yang tidak peduli dan tutup telinga mendengar masalah yang terjadi oleh guru honorer. Padahal tanpa disadari kita juga telah diajari oleh para guru honorer. Wajar, jika setiap tahunnya akan selalu ada demo yang dilakukan oleh para guru honorer. Masalah seperti terjadinya kecurangan dalam proses seleksi tes CPNS tidak menutup kemungkinan terjadi. Dan besar pula kemungkinan yang melakukan kecurangan adalah para guru honorer yang sudah puluhan tahun tidak diterima juga dalam seleksi tes CPNS.
Faktor ini terjadi karena tekanan ekonomi dimana gaji guru honorer yang tidak sebanding dengan kerja keras mereka. Perlu diketahui, saat ini pemerintah memberikan gaji guru honorer di wilayah Jabodetabek maksimal hanya 2,4 juta/bulan dengan asumsi 24 jam mengajar dan 5 hari kerja. Bahkan, di Jakarta ada sekolah yang guru PNS nya meminta para guru honorer untuk bisa bekerja sama. Maksudnya, mereka meminta guru honorer untuk datang dan pulang kerja sama seperti guru PNS. Maka, jangan heran jika ketika masih jam pelajaran beberapa guru honorer ada yang langsung bersiap untuk pulang (ketika jam mengajarnya sudah selesai) atau pergi mengisi pekerjaan sampinga. Bagi guru honorer wanita hal ini memang masalah, tetapi mereka masih memiliki suami yang menjadi kepala rumah tangga. Sehingga tidak terlalu memusingkan kepala. Tetapi, bagaimana nasib guru honorer yang juga menjadi kepala rumah tangga? 2,4 juta/bulan untuk menafkahi anak dan istri. Apakah menurut Anda cukup? Guru honorer juga merasakan tekanan batin karna bekerja dengan sistem yang kontrak. Sehingga memungkinkan pekerjaan mereka bisa “selesai” setelah kontrak habis. Dan mereka harus mencari sekolah yang baru, yang masih membuka lowongan.. Gaji guru honorer ini didapat dari dana pemerintah, setelah dana itu dipotong untuk siswa siswa BOS, pemeliharaan sekolah seperti listrik, perbaikan bangunan, dan fasilitas. Sisa dari uang itu, akan diberikan untuk guru honorer. Padahal dari segi kualitas guru honorer dan guru PNS sama saja. Mempelajari bidang ilmu yang sama, keikhlasan dan kesabaran mereka dalam mengajar setiap murid. (Pasal 1 ayat 21: Biaya Operasional Pendidikan (BOP) adalah alokasi dana yang diberikan Pemda DKI Jakarta yang digunakan untuk tambahan biaya operasional non personalia dan honorarium pendidik non PNS bagi satuan pendidik sebagai pelaksanaan program Wajar 12 tahun.)
Sebelum adanya kebijakan pemerintah yang melarang adanya pemungutuan biaya bagi siswa siswi SD sampai SMA, gaji guru honorer Jakarta masih terbilang cukup. Karena, dari pemungutan biaya itu selain mendapat honor, para guru honorer juga bisa mendapat bonus dari mengawas atau mengoreksi ujian. Sudah memasuki tahun ketiga pemungutan biaya dilarang untuk dilakukan. Bahkan bisa terjadi keterlambatan dana dari pemerintah karena alasan dana belum bisa turun, para guru honorer bisa tidak menerima gaji hampir tiga bulan. Meskipun, nantinya akan dibayarkan. Ini adalah studi kasus guru honorer di DKI Jakarta. Terbayangkah Anda bagaimana nasib guru honorer di luar ibukota?
Dari sudut pandang masalah ini bisa kita simpulkan bahwa pemerintah memberikan kebijakan yang jalan keluarnya belum matang. Bagaimana kesejahteraan guru honorer? Bagaimana hak asasi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang sesuai dengan kerja keras mereka. Akan lebih baik dimasa mendatang jika pemerintah mau mengubah kebijakannya dengan musyawarah dan mufakat dengan para perwakilan guru honorer yang telah ditunjuk mereka sendiri. Untuk saat ini, jika Anda ingin menjadikan profesi guru sebagai sumber mata pencaharian Anda dengan gaji yang sesuai dengan harapan, akan lebih baik jika Anda memilih bekerja di sekolah swasta. Dan juga tergantung sekolah swastanya. Tetapi, masih terbuka kesempatan untuk nekerja di sekolah negeri dengan gaji yang mencukupi, misalnya dengan bantuan sukarela tanpa paksaan dari orang tua murid.
Saat ini sebagai mahasiswa baru, kontribusi yang saya lakukan belumlah besar. Saya baru hanya bisa menyampaikan informasi yang saya dapatkan langsung dari seorang guru honorer dan internet. Semoga kedepannya kesejahteraan guru honorer bukanlah lagi salah satu masalah yang besar yang dihadapi negeri ini. Karena, SDM yang baik dan berkualitas juga berasal dari guru - guru yang kesejahteraannya terjamin sehingga, mereka bisa fokus untuk mengajar bibit - bibit penerus bangsa ini menjadi penerus dan pemimpin yang jujur, rendah diri, dan mengayomi dengan melihat contoh para guru yang slalu mengajar tanpa mengenal lelah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H