"Ya ampun, masih main itu aja kamu. Kamu main itu non-stop terus."
"Iya mama."
"Kamu iya mama, iya mama terus aja. Emang kamu robot apa. Apa permainan itu buat kamu jadi robot."
"Engga mama."
"Ini bukan hari libur dek, kamu udah engga diizin lagi. Bahkan kalau izin pun bukan berarti kamu main aja. Kamu aja tahu engga sih kenapa kamu diizinin?"
Ibuku terus memarahi aku sampai akhirnya ia berteriak.
"Abangmu meninggal, kamu disini aja main game kayak engga tahu!"
Setelah ia meneriakkan itu ia mulai menangis, kemudian ia membanting pintu tutup selagi keluar dari ruangan.
Setelah drama itu, aku tergeletak di atas tempat tidur dan berefleksi. Aku anggap tidak tahu dan telah memilih untuk menghindari masalahku. Sekarang aku tidak memiliki pilihan lain, masalahku tepat di depanku dan aku tidak bisa menghindarinya.
Pada hari tragedi itu terjadi, aku sedang berjalan ke mall dengan abangku. Itu sesuatu yang jarang terjadi, aku dan abangku biasanya tidak dekat. Tetapi sekitar waktu itu, aku merasa kita menjadi semakin dekat. Kita menjadi lebih sering melakukan aktivitas bersama. Aku merasa kita bisa ulang lagi dari awal.Â
Sebagai salah satu aktivitas kita, aku memilih untuk pergi ke mall. Waktu yang kita jalankan di mall itu sangat baik, kita pun menjadi lupa waktu. Tetapi hari menjadi malam, keadaan di luar menjadi gelap.Â