Diantara manusia masih banyak yang ragu akan rezekinya, bingung apa untuk menutupi tagihan-tagihannya, apalagi ditambah jatuh tempo yang selalu muncul di notifikasi platformya, disini juga teruji keimanan dan keyakinan seseorang terhadap Tuhannya.Â
Sehingga tidak sedikit juga manusia lari dari jalur mengambil jalur salah dengan meninggalkan keyakinannya semula kepada keyakinan baru hal ini sangat miris apabila masih terulang ditengah masyarakat.
Dalam Al-Qur'an Allah berfirman sebagai berikut :Â
"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (nya bagi siapa yang Dia kehendaki). Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (Q.S. Al-Isra [17]: 30)
Masalah rezeki berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap  hamba-Nya  dalam mencari harta dan cara mengembangkannya Allah Maha Tahu mana hambanya yang menggunakan harta dengan baik, mana yang tidak memanfaatkannya dengan baik.Â
Allah Maha Tahu mana yang kikir dan mana yang pemurah, dan Allah Maha Tahu juga siapa hambanya yang tetap sabar dan tawakal dalam kondisi kemiskinan dan Allah Maha Tahu juga siapa hamba-Nya yang putus asa dari rahmat Allah, jadi kita kembalikan kepada Allah masalah rezeki Allah paling tahu dari kita kita hanya menjalankan kehidupan ini.
Bukankah rezeki itu sudah dijamin oleh Allah jauh sebelum penciptaan manusia diwujudkan oleh Allah, terdapat dalam sebuah hadits Nabi Saw: "Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR.Muslim )
Jadi, jauh sebelum alam dan bumi manusia juga takdir kita termasuk urusan rezeki sudah diatur dan ditentukan oleh Allah, dalam arti tidak akan tertukar kepada orang lain sudah ada porsi masing-masing, namun tetap ada ikhtiar atau ada usaha dari manusia, hal ini sejalan dengan apa yang disebutkan oleh Ibn 'Athaillah, meskipun rezeki telah dijamin bukan berarti manusia boleh meninggalkan usaha, karena usaha adalah bagian dari sunnatullah, pada hakikatnya rezeki itu sudah ada masing-masing namun pada syariatnya manusia harus bekerja setelah itu barulah bertawakal kepada Allah berserah diri kepada Allah tawakal bukan berarti meninggalkan usaha namun menyandarkan hasil usaha sepenuhnya kepada Allah.
Rezeki manusia tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah kosong selama hayat masih dikandung badan, begitu nasehat dari guru kami Allahyarham Dr. Zulkayandri seperti dijelaskan ulama bahwa rezeki itu bukan hanya semata-mata tentang harta atau kekayaan materi tetapi rezeki itu bisa berupa ilmu, kesehatan, ketenangan hati, keberkahan waktu serta hal-hal lain yang tidak bersifat materiil tetapi sangat bernilai.
Sebagian diantara manusia terkadang salah kaprah soal rezeki menyangkakan rezeki itu berupa kekayaan harta saja karena dinilai mewah punya segalanya segala kebutuhan terpenuhi, mau butuh itu langsung bisa diwujudkan tanpa menunggu lama, tapi ada juga orang punya harta yang memadai tapi minim kesehatan, minim kesempatan, minim nikmat-nikmat lainnya tak bisa ia rasakan lagi.Â