Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menakar Esensi Tes Kemampuan Akademik sebagai Penganti "Ujian" Nasional

29 Januari 2025   22:46 Diperbarui: 29 Januari 2025   22:46 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by maran with AI Generative

Pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan kembali menggulirkan kebijakan baru dalam dunia pendidikan dengan mengganti istilah Ujian Nasional (UN) menjadi Tes Kemampuan Akademik (TKA). Menurut Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), langkah ini bertujuan untuk mengurangi tekanan psikologis pada siswa yang selama ini mengaitkan UN dengan keberhasilan atau kegagalan akademik. TKA dijadwalkan mulai diterapkan pada November 2025 untuk siswa kelas 12 SMA, MA, dan SMK.

Namun, di balik perubahan ini, muncul pertanyaan mendasar: apakah TKA benar-benar menghadirkan pendekatan baru dalam mengukur kompetensi siswa, atau sekadar pergantian istilah tanpa perubahan substansial?

Filosofi di Balik Tes Kemampuan Akademik

Secara konseptual, Tes Kemampuan Akademik bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, sekaligus menilai keterampilan analitis dan aplikatif mereka. Evaluasi akademik idealnya tidak hanya mengukur hafalan, tetapi juga pemikiran kritis, reflektif, dan pemecahan masalah---sejalan dengan prinsip evaluasi pendidikan modern (Brookhart, 2013).

Dalam sistem pendidikan yang semakin berkembang, penilaian akademik seharusnya tidak hanya berfokus pada pencapaian hasil belajar, tetapi juga pada bagaimana siswa memahami dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam berbagai konteks. Sebuah evaluasi yang efektif harus mampu mengukur daya analitis, kreativitas, serta kemampuan siswa dalam menghadapi permasalahan nyata di dunia akademik maupun profesional.

Namun, jika dibandingkan dengan Tes Potensi Akademik (TPA) yang lebih berorientasi pada kemampuan kognitif bawaan, TKA tampaknya masih berakar pada pengukuran pencapaian akademik di sekolah. Hal ini mengundang perdebatan: apakah TKA benar-benar berbeda dari UN yang selama ini berfokus pada penguasaan materi kurikulum?

Lebih jauh, perbedaan mendasar antara TKA dan bentuk evaluasi lainnya perlu diperjelas. Jika TKA hanya sekadar menguji pemahaman berbasis kurikulum, maka perannya tidak jauh berbeda dengan UN yang telah dihapus. Agar lebih relevan, TKA seharusnya mengadopsi pendekatan berbasis kompetensi yang mencerminkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, bukan hanya sekadar penguasaan materi pelajaran.

Perbandingan dengan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional

Sejak 2021, Indonesia telah mengadopsi Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti UN. AN dirancang untuk menilai literasi, numerasi, dan karakter siswa dengan tujuan memetakan kualitas pendidikan secara lebih luas. Namun, keputusan untuk memperkenalkan kembali model evaluasi individu dalam bentuk TKA menimbulkan pertanyaan: apakah kita sedang melangkah mundur ke pola ujian berbasis tes standar yang selama ini dikritik?

AN memiliki pendekatan yang berbeda dari UN. Jika UN berfokus pada hasil akademik siswa secara individu, AN lebih menekankan pemetaan mutu pendidikan secara nasional. Dengan demikian, AN tidak memiliki konsekuensi langsung terhadap kelulusan atau seleksi masuk perguruan tinggi. Di sisi lain, TKA berpotensi mengembalikan tekanan akademik karena hasilnya dapat berpengaruh terhadap jalur pendidikan siswa ke jenjang berikutnya.

Selain itu, penelitian sebelumnya (Hanushek & Woessmann, 2011) menunjukkan bahwa tes standar cenderung mendorong praktik "teaching to the test", di mana pengajaran lebih berorientasi pada persiapan ujian daripada pemahaman mendalam. Jika TKA tidak dirancang dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan holistik, ada risiko bahwa metode pengajaran di sekolah kembali terjebak dalam pola lama yang hanya berfokus pada keberhasilan ujian semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun