Sebuah Renungan di Hari Ibu
Hari ini, di tengah rutinitas yang seolah tak pernah berhenti, saya menyempatkan diri untuk menelepon ibu di kampung. Ibu kini sendiri sejak bapak pergi pada 12 Juli 2021 lalu, kembali ke haribaan pertiwi. Awalnya, telepon itu berjalan biasa. Kami berbincang santai, saya bertanya kesehatannya, dll. Tapi, dorongan hati membuat saya mengganti telepon menjadi video call.
Wajah ibu muncul di layar, dan seketika ada yang bergetar dalam dada. Wajah itu, yang pernah saya lihat penuh kekuatan, kini terlihat jauh lebih tua. Garis-garis waktu begitu kentara di pipinya. "Nak, kamu masih ingat saya atau tidak?" tanyanya, dengan suara lirih yang menyimpan rindu.
Saya tersenyum, berusaha menutupi rasa bersalah. "Ingat, Bu. Selalu ingat." Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya menitipkan sedikit uang lewat adik, berharap itu cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu. Tapi entah mengapa, ucapan itu terasa hambar.
Ibu: Sosok yang Selalu Ada
Hari Ibu bukan sekadar perayaan tahunan. Ini adalah pengingat bahwa di balik setiap langkah yang kita ambil, ada sosok yang telah merahimi kita selama sembilan bulan. Sosok yang tak hanya memberi kehidupan, tetapi juga membesarkan kita dengan segala cinta, perjuangan, dan pengorbanan.
Namun, sering kali, kesibukan membuat kita lupa. Lupa untuk sekadar bertanya, "Bagaimana kabar, Bu?" Lupa untuk mendengar cerita-cerita sederhana tentang hari-harinya. Padahal, di balik suara ibu yang mungkin terdengar biasa, ada cinta yang tak pernah biasa.
Bagi siapa pun yang masih memiliki ibu di dunia ini, jangan lewatkan kesempatan untuk mendengar suaranya. Sekadar ucapan "Aku rindu, Bu," bisa menjadi cahaya kecil yang menerangi hatinya. Jika memungkinkan, temuilah dia, peluklah dengan hangat. Bagi yang ibunya telah tiada, Hari Ibu adalah waktu untuk mengenang, mendoakan, dan merawat memori indah tentangnya. Doa adalah jembatan kasih yang tak mengenal batas waktu dan ruang.
Di setiap doa malamku,
ada namamu yang kusebut perlahan.
Dalam langkah-langkahku,
kupikul cintamu yang tak berujung.
Ibu, wajahmu adalah peta waktu,
garis-garis lelahmu adalah cerita perjuangan.
Bahkan dalam diammu,
aku tahu, selalu ada rindu yang kau titipkan.
Hari ini, aku menyebut namamu lagi,
di antara doa yang bergetar di langit hati.
Semoga bahagia menyertaimu,
di dunia ini, dalam umur panjangmu