Oleh: Darius Baki Akamaking, SKM
Ketua Dewan Pembina Lingkar Institute
Citra perpustakaan di mata masyarakat pada masa lalu boleh dibilang cukup suram. Harus diakui, perpustakaan pada masa-masa itu masih menjadi sekedar gudang penyimpanan buku. Hanya kalangan tertentu saja yang tertarik untuk datang dan membaca di sana. Pasalnya, daya tarik perpustakaan ketika itu memang jauh dari kesan impresif. Tampilan fisiknya lusuh. Kebanyakan tidak terurus. Begitu pula pengelolaan sumber daya khususnya bahan bacaan di dalamnya.
Kesan umum perpustakaan masa lalu ini terjadi pula di Kabupaten Lembata. Perpustakaan yang kini telah disemat dengan nama Prof. Dr. Gorys Keraf- seorang ahli tata bahasa Indonesia kelahiran Lamalera, Kabupaten Lembata-itu pernah mengalami kondisi itu. Pimpinan dan staf yang bekerja di sana bahkan dianggap sebagai orang-orang "buangan". Para pegawai yang dianggap "bermasalah" rata-rata dimutasi ke perpustakaan.
Lain dulu lain sekarang. Sejak diluncurkannya program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) pada 2018 yang lalu, wajah perpustakaan mulai berubah. Dari pusat (perpustakaan nasional) sampai ke daerah-daerah (perpustakaan daerah) nampak perubahan besar. Perpustakaan bukan lagi gudang buku melainkan ruang belajar, berkreasi dan berinovasi dengan terlebih dahulu mengakses berbagai sumber informasi.
Kisah tentang wajah perpustakaan yang bertransformasi kini datang dari banyak pihak. Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata, Anselmus Asan Ola, AP, M.Si, bahkan punya satu gagasan unik. Dalam pertemuan bersama para mitra dari Perpustakaan Desa dan Taman Baca Masyarakat (TBM) se-Kabupaten Lembata, Rabu, 12 Juni 2024, pria hitam manis yang akrab disapa Ansel itu mengetengahkan pentingnya perbaikan pola pikir (mindset) dari para penyedia layanan di perpustakaan dan taman baca. Bahkan baginya, buku tidak lagi menjadi jendela dunia tetapi lebih dari itu buku adalah pintu dunia.
"Sebagai penyedia layanan, pola pikir kita harus diperbaiki. Perpustakaan bukan lagi gudang buku. Dan buku tidak lagi menjadi jendela dunia tetapi pintu dunia. Ini menjadi kunci pergerakan kita dalam mewujudkan program TPBIS ini", ujar Ansel bersemangat.
TPBIS Di Lembata
Hingga kini, Perpustakaan Daerah Prof. Dr. Goys Keraf, Kabupaten Lembata telah bermitra dengan 18 desa/kelurahan dan TBM dari 151 desa/kelurahan dan 16 TBM di Kabupaten Lembata untuk pelaksanaan program TPBIS. Tiga di antaranya adalah mitra lama yaitu sejak 2023 yang lalu. Sedangkan lima belas lainnya adalah mitra baru tahun 2024 ini.
Ada tiga strategi yang digunakan dalam program TPBIS ini. Pertama, peningkatan layanan informasi perpustakaan. Dalam strategi ini, perpustakaan punya kewajiban untuk meningkatkan sarana prasarana dan semua fasilitas layanannya. Pengadaan buku yang sesuai dengan latar belakang masyarakat pemanfaat, penyediaan arena baca, penyediaan komputer dan akses internet adalah beberapa contoh dari pelaksanaan strategi ini. Kedua, pelibatan masyarakat. Strategi ini mewajibkan perpustakaan membuka ruang yang lebih besar bagi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatannya. Dalam hal ini, perpustakaan mendesain kegiatan yang dapat melibatkan lebih banyak masyarakat seperti menyelenggarakan lomba-lomba, pelatihan-pelatihan, workshop, diskusi dan sebagainya.Dan yang terakhir adalah advokasi. Di dalamnya ada lobi, membangun kemitraan, promosi dan publikasi.