Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Era Digital yang Cepat, Model Pembelajaran Tradisional Tetap Bernilai

4 Juni 2024   22:06 Diperbarui: 4 Juni 2024   22:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang bagaikan ombak yang tak henti bergulung, banyak yang mempertanyakan relevansi model pembelajaran tradisional. Di tengah gempuran teknologi dan metode pembelajaran modern, model ini bagaikan perahu kayu di lautan luas. Namun, di balik kesederhanaannya, model pembelajaran tradisional menyimpan nilai dan relevansi yang tak lekang oleh waktu, bahkan dalam semangat Kurikulum Merdeka.

Model pembelajaran tradisional, bagaikan pelita di tengah kegelapan, memberikan penerangan bagi para pembelajar untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan. Kesederhanaannya bukan berarti ketinggalan zaman, melainkan esensi dari proses belajar itu sendiri. Kurikulum Merdeka, dengan semangatnya yang berfokus pada pengembangan karakter dan potensi peserta didik, menemukan titik temu yang indah dengan model pembelajaran tradisional.

Mari kita bayangkan sebuah kelas di mana guru dan murid berinteraksi secara langsung, tatap muka, dan penuh makna. Di sana, terjalin komunikasi dua arah, bukan hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga transfer nilai-nilai dan budi pekerti. Model pembelajaran tradisional ini menumbuhkan rasa hormat, kedisiplinan, dan kerjasama antar peserta didik.

Di era digital, di mana fokus belajar sering tertuju pada layar gadget, model pembelajaran tradisional hadir sebagai oase yang menyegarkan. Interaksi sosial yang terjalin di kelas, diskusi yang penuh semangat, dan problem solving bersama, merupakan pengalaman belajar yang tak tergantikan oleh teknologi secanggih apapun.

Model pembelajaran tradisional bukan tentang menolak kemajuan, melainkan tentang melestarikan nilai-nilai luhur dan menggabungkannya dengan inovasi. Kurikulum Merdeka membuka jalan untuk integrasi teknologi dan metode pembelajaran modern, tanpa menghilangkan esensi dari model tradisional.

Dengan demikian, di era digital yang serba cepat ini, model pembelajaran tradisional bukan hanya relevan, tetapi juga esensial dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang holistik dan bermakna. Model ini bagaikan akar pohon yang kokoh, menopang pembelajaran di masa kini dan masa depan.

Menurut filsuf pendidikan terkemuka, Alfred North Whitehead, dalam bukunya "The Aims of Education and Other Essays" Whitehead mengatakan bahwa "Pendidikan adalah proses yang memungkinkan individu untuk bertindak dengan tujuan yang jelas dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya secara efektif." Lebih lanjut, Whitehead menekankan pentingnya pengetahuan dasar sebagai fondasi pembelajaran. Ia menyatakan, "Keterampilan umum yang paling penting adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara efektif."

Hal ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat pada peserta didik. Guru memberikan ruang bagi peserta didik untuk membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka.

Whitehead juga menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam pembelajaran. Ia berkata, "Pembelajaran tidak hanya tentang intelektual, tetapi juga tentang pengembangan karakter dan keterampilan." Hal ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan pengembangan profil Pancasila. peserta didik didorong untuk mengembangkan diri secara menyeluruh, tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam karakter, sosial, dan emosional.

Selain itu, Whitehead juga menekankan pentingnya kreativitas dan imajinasi dalam pembelajaran. Ia menyatakan, "Pembelajaran yang efektif mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif." Hal ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek dan pendekatan pedagogik yang inovatif. peserta didik didorong untuk terlibat dalam pembelajaran aktif dan eksploratif.

Meskipun model pembelajaran tradisional memiliki banyak nilai dan relevansi di era modern, penting untuk diingat bahwa model ini perlu diadaptasi dan diintegrasikan dengan pendekatan pedagogik modern lainnya. Guru perlu kreatif dan inovatif dalam menggunakan model pembelajaran tradisional untuk memastikan bahwa peserta didik mereka mendapatkan pengalaman belajar yang optimal dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun