Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mungkinkah Sekolah Berkualitas Tercipta Tanpa Umpan Balik 360 Derajat?

31 Mei 2024   06:41 Diperbarui: 31 Mei 2024   07:12 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berbicara tentang pengembangan sekolah berkualitas, banyak kepala sekolah dan pendidik yang merasa tertekan oleh tantangan yang ada. Mulai dari peningkatan kualitas pengajaran hingga pengembangan profesional guru, semua ini memerlukan pendekatan yang holistik dan mendalam. Namun, bagaimana jika ada metode yang terbukti efektif di dunia bisnis dan bisa diterapkan di dunia pendidikan? Inilah saatnya kita membahas konsep Umpan Balik 360 Derajat yang sedang menjadi perbincangan hangat.

Umpan Balik 360 Derajat merupakan proses di mana kinerja individu dievaluasi oleh sejumlah pihak yang berhubungan dengan mereka, seperti atasan, rekan kerja, dan bawahan. Proses ini telah terbukti memberikan pandangan yang lebih komprehensif dan objektif tentang kinerja seseorang. Dalam konteks pendidikan, terutama dalam Program Kepemimpinan untuk Kepala Sekolah (LPSH), metode ini mulai diterapkan untuk membantu kepala sekolah memahami lebih baik karakteristik profesional mereka, gaya kepemimpinan, dan konteks untuk perbaikan sekolah.

Salah satu hal menarik dari Umpan Balik 360 Derajat adalah bagaimana metode ini melibatkan berbagai pihak di sekolah, mulai dari rekan kerja hingga staf pendukung. Pendekatan ini memungkinkan kepala sekolah untuk menerima masukan yang lebih kaya dan beragam, yang sangat penting untuk pengembangan profesional dan peningkatan kinerja sekolah secara keseluruhan. Namun, hal ini juga memunculkan pertanyaan: apakah para guru siap menerima umpan balik dari murid dan orang tua mereka?

Menurut penelitian Morgan dan Morris (1999), murid sebenarnya mampu memberikan penilaian yang akurat tentang perilaku pengajar. Mereka memperhatikan metode pengajaran, pengalaman belajar yang ditawarkan, kualitas umpan balik, dan hubungan interpersonal di dalam kelas. Meskipun demikian, menerapkan umpan balik dari murid dan orang tua memerlukan keberanian dan kepercayaan dari para guru, serta jaminan kerahasiaan yang kuat.

Bagaimana sekolah dapat memulai proses ini? Pertama-tama, penting untuk memiliki manajer proses yang ahli, fasilitator yang terlatih, pengamat yang jujur, dan penerima umpan balik yang terbuka. Manajer proses akan memastikan kelancaran pelaksanaan umpan balik dan integrasi dengan inisiatif pengembangan profesional lainnya. Fasilitator harus mampu menyampaikan hasil umpan balik dengan cara yang membangun dan memotivasi. Pengamat harus memberikan penilaian yang objektif dan dapat dipercaya, sementara penerima umpan balik harus siap untuk mendengarkan dan menggunakan informasi tersebut untuk pengembangan diri.

Proses Umpan Balik 360 Derajat ini tidak hanya tentang memberikan penilaian, tetapi juga tentang membangun budaya keterbukaan dan perbaikan terus-menerus di sekolah. Meskipun mungkin terdengar menakutkan, ketika diterapkan dengan benar dan penuh empati, proses ini dapat membawa perubahan positif yang signifikan. Kepala sekolah yang berani menerima umpan balik dan menggunakannya untuk pengembangan profesional mereka akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi murid-muridnya.

Sebagai langkah awal, sekolah perlu mempertimbangkan pilot project yang melibatkan sejumlah kecil staf untuk melihat bagaimana umpan balik 360 derajat dapat diterapkan secara efektif. Dengan dukungan yang tepat, pelatihan, dan komitmen dari semua pihak, sekolah dapat memanfaatkan umpan balik 360 derajat untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan manajemen secara keseluruhan. Akhirnya, apakah sekolah Anda siap mengambil langkah ini untuk mencapai kualitas yang lebih tinggi? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun