Seragam harus terjangkau dan mudah diakses: Sekolah harus memastikan bahwa seragam mudah dibeli dan tidak membebani orang tua siswa.
Kritik Ivan Illich terhadap Seragam Sekolah
Ivan Illich, seorang filsuf dan kritikus pendidikan, mengemukakan beberapa kritik terhadap seragam sekolah, di antaranya:
Seragam sekolah melanggengkan budaya konsumerisme: Seragam yang sering diganti modelnya mendorong siswa untuk mengikuti tren dan membeli seragam baru, yang dapat membebani orang tua dan memicu budaya konsumerisme.
Seragam sekolah membatasi kreativitas dan individualitas: Seragam yang seragam dapat membuat siswa kehilangan kesempatan untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan kreativitas mereka.
Seragam sekolah tidak efektif dalam meningkatkan disiplin: Illich berpendapat bahwa disiplin tidak datang dari seragam, tetapi dari sistem pendidikan yang baik dan guru yang kompeten.
Kesimpulan
Aturan seragam sekolah dalam Permendikbudristek Nomor 50 Tahun 2022 memiliki tujuan yang baik untuk menanamkan rasa persatuan dan meningkatkan disiplin. Namun, perlu diingat bahwa seragam tidak boleh menjadi alat untuk menekan atau mendiskriminasi siswa. Sekolah harus memastikan bahwa aturan seragam dibuat dengan mempertimbangkan keberagaman budaya, agama, dan kepercayaan siswa, serta memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri. Kritik Ivan Illich terhadap seragam sekolah perlu dipertimbangkan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia.
Perdebatan tentang seragam sekolah kemungkinan akan terus berlanjut. Penting untuk melakukan diskusi yang terbuka dan konstruktif dengan melibatkan semua pihak terkait, termasuk siswa, orang tua, guru, dan pemangku kepentingan lainnya, untuk menemukan solusi terbaik yang menyeimbangkan antara persatuan, disiplin, keragaman, dan kreativitas dalam pendidikan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H