Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memaknai Harta Karun Lebaran di Pulau Peninggalan Portugis

13 April 2024   12:30 Diperbarui: 13 April 2024   18:27 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebaran di Solor. Sumber gambar: HANDOUT via KOMPAS.com

Saya dilahirkan dan dibesarkan dalam budaya yang harmonis di Pulau Solor. Di sini, keberagaman agama dan budaya bukanlah penghalang, melainkan justru menjadi sumber kekuatan dan kekayaan bagi masyarakat.

Pulau Solor, yang merupakan salah satu pulau pertama yang didatangi bangsa Portugis dalam pencarian kayu Cendana pada abad ke-16, menjadi saksi dari hubungan yang erat antara berbagai agama dan tradisi budaya. Katolik dan Islam bukanlah pemisah, melainkan saudara, dan memiliki tradisi adat yang sama yang dijaga dengan penuh kebanggaan. Dalam bahasa leluhur disebut sebagai saudara Paji dan Demon.

Setiap tahun, saat Lebaran tiba, Pulau Solor dipenuhi dengan semangat kebersamaan dan toleransi. Salah satu tradisi yang paling mencolok adalah Pawai Obor yang diselenggarakan oleh masyarakat lokal. Umat Katolik dengan khusuk menyaksikan pawai ini sebagai bentuk dari toleransi dan membuktikan bahwa perbedaan agama tidak menghalangi solidaritas dan persatuan di antara mereka.

Selain Pawai Obor, tradisi pembuatan Keleso juga menjadi ciri khas Lebaran di Pulau Solor. Keleso adalah makanan khas yang terbuat dari beras ketan dan kelapa parut yang dibentuk bulat dan dimasak dalam wajan besar. Proses pembuatannya melibatkan seluruh anggota keluarga yang bekerja sama, sehingga Keleso tidak hanya menjadi hidangan lezat untuk disantap bersama, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kerjasama di antara mereka.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Salat Idul Fitri juga menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Pulau Solor. Umat Muslim di pulau ini berkumpul untuk melaksanakan salat bersama, umat Katolik juga turut hadir untuk memberikan salam dan ucapan selamat kepada tetangga mereka yang merayakan hari besar tersebut. Inilah bentuk nyata dari silaturahmi tradisional yang dijaga dengan baik di Pulau Solor, di mana perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling menghormati dan menyambung tali persaudaraan. 

Masih terngiang di benak saya, ketika masih di SD, kami menyaksikan saudara-saudari kami sholat dari pinggiran lapangan sepak bola, kemudian lanjut menonton penampilan-penampilan di acara ramah tamah dalam bentuk tarian qasidah, dana, dll.

Kisah tentang harmoni dan toleransi agama di Pulau Solor menjadi inspirasi bagi banyak orang, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Pulau ini adalah bukti hidup bahwa moderasi agama, adat istiadat, dan semangat gotong royong dapat mempersatukan masyarakat dalam keragaman.

Sebagai bagian dari warisan Portugis yang Katolik, Pulau Solor juga memiliki warga asli muslim. Hal ini mengajarkan kita pentingnya menghargai dan merayakan keberagaman, serta menjaga persatuan di tengah perbedaan. Dalam pawai obor, aroma keleso yang menggoda, dan silaturahmi yang hangat, kita menemukan harta karun Lebaran yang sejati - bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk kebersamaan dan cinta sesama manusia.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun