Kebutuhan ijuk untuk penambang cukup besar. Berdasarkan hasil studi penulis tahun 2018, transaksinya mencapai 240 juta per tahun di Kabupaten Pohuwato saja (https://money.kompas.com/read/2017/06/07/100000126/manfaatkan.hasil.hutan.ijuk.lebih.ekonomis.dibanding.kayu). Â Teknik ini membuat input (biaya) pertambangan menjadi murah di satu sisi , Â di sisi lain mendongkrak pendapatan pencari HHBK (hasil hutan bukan kayu) ijuk yang menjadi pemasok untuk kebutuhan tambang emas rakyat.
Di luar 3 teknik pertambangan emas rakyat di atas, BADULANG atau mendulang adalah bentuk-bentuk yang paling umum yang dikenal dalam dunia pertambangan rakyat di Gorontalo dan Indonesia.
Apa dampak lingkungan pertambangan rakyat?
Guna menakar seberapa besar tingkat kerusakan lingkungan kegiatan pertambangan emas rakyat, penulis  menunggunakan 5 (lima) indikator berikut; (i). vegetasi yang hilang (ii). meterial yang hilang atau material losses (iii).  perubahan warna air (kekeruhan) dilokasi tambang dan sekitarnya (iv). penurunan mutu (kualitas) air (v). peningkatan sedimentasi sungai serta (vi) penurunan keragaman hayati.
Cemaran air-kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kebutuhan oksigen kimiawi-total zat terlarut (COD) tidak termasuk dalam studi ini. Â
- VEGETASI YANG HILANG
Dalam operasinya, penambang membersihkan vegetasi yang ada di lokasi tambang termasuk pepohonan besar dan kecil. Hilangnya tanah permukaan menyebabkan permudaan alami (regenerasi pohon) lebih lambat. Anakan pohon sulit tumbuh pada lapisan tanah yang telah dikupas hingga ke lapisan bebatuan.
- Â MATERIAL YANG HILANG (MATERIAL LOSSES)Â
Operasi pertambangan meninggalkan banyak lubang mengganga yang kemudian tergenangi air dan menjadi kolam-kolam kecil disepanjang sungai (dari hulu-ke hilir). Beberapa situs galian tambang yang dekat dengan tebing sungai membuat tanah kurang stabil lalu longsor saat musim penghujan. Pada kasus lain yang diamati, situs galian tambang yang cukup dekat dengan sungai dapat tertutup kembali dengan pasir dan tanah yang dibawa oleh banjir. Namun situs permudaan alami sulit terjadi karena tanah humusnya kurang.
- KEKERUHAN (perubahan warna air)
Saat kegiatan pertambangan beroperasi, air sungai berubah warna dari putih jernih menjadi warna kecoklatan. Â Kekeruhan air terjadi karena penambang memisahkan tanah dengan bebatuan dan mengencerkannya dengan semprotan air bertekanan tinggi. Kekeruhan ini terjadi di sepanjang daerah aliran sungai selama beberapa jam, namun dapat juga berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu selama proses pertambangan berlangsung.