Lebih dari separoh hasil tambang mengalir ke sponsor (pemodal) yang memodali mereka dengan uang dan peralatan di awal usaha.
Namun, jumlah di atas bukanlah hasil terbaik. Kelompok yang paling beruntung bisa saja mendapat 1 nugget emas seberat 50 gram. Sebaliknya, hasil tambang per periode bisa hanya beberapa gram saja, tidak dapat menutup biaya-biaya.
Selain komponen makanan, jenis pengeluaran yang besar adalah jasa 'kijang' atau upah transporter logistik bagi penambang.
https://www.kompasiana.com/marahalimsiagian/5dc1cd09097f3623031d1d92/manusia-bejuluk-kijang
Kelompok penambang aktif yang di wawancarai menyebutkan, dalam satu periode mereka dapat menghabiskan 35 liter BBM yang dipergunakan untuk peralatan mesin. Harganya Rp. 290.000 atau sekitar 8.300 per liter. Ongkos angkutnya Rp.300.000. Dengan demikian, harga BBM itu di lokasi tambang menjadi Rp.16.850/liter. Â
Pengunaan mesin dalam teknik pertambangan rakyat adalah salah satu cara yang dikenal. Beberapa teknik pertamabangan lainnya untuk tipe tambang alluvial mining adalah:
BATOYONG adalah cara menambang emas dengan mengektrasi kandungan emas dari bebatuan dengan cara mengilingnya dalam tromol. Jenis-jenis batu yang mangandung emas disebut 'makora'. Batuan yang disebut 'makora' tidak spesifik berwarna tertentu.
Dalam prosesnya, bebaatuan itu di rempel (dipecah-pecah) menjadi bagian yang lebih kecil kemudian di masukkan dalam mesin penggiling tromol. Bebatuan itu digiling selama lebih kurang 2 - 2.5 jam. Materialnya dipindahkan ke wadah berbeda, material yang disisakan dicampur dengan air perak (merkuri) guna menangkap material emas (proses amalgamasi untuk emas dalam bentuk serbuk).
Penambangan emas dengan teknik ini membutuhkan penggunaan air perak yang besar. Â Penambang memberikan perbandingan sebagai berikut: 2 (ukuran) helm batu 'makora' (batuan yang mengandung emas) dicampur dengan 1 kilo gram air perak.
Pencampuran air perak dilakukan setelah batuan dihancurkan dalam tromol, kemudian emas dipisahkan menggunakan saringan kain berbahan parasut. Proses ini disebut 'baramas'--sebagai cara pemisahan material emas dengan material bukan emas. Penambang memberikan penilaian bahwa cara produksi ini (batoyong) memiliki peluang yang lebih baik dibandingkan dengan cara lain.