Buah dan sayuran segar merupakan sumber nutrisi dan serat penting dalam makanan manusia karena banyak mengandung vitamin, mineral, dan kaya akan antioksidan sehinga berdampak baik bagi kesehatan. Mengonsumsi buah dan sayuran secara berkala juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat mencegah timbulnya berbagai resiko penyakit berbahaya. . Namun, karena umur simpannya yang terbatas hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kandungan gizi yang ada di dalamnya (Ihsan dan Derosya, 2024). Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kelimpahan dari sector hortikultura. Produksi buah-buahan dan sayur-sayuran di Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Merujuk pada data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa produksi buah-buahan di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 28,23 juta ton dan di Sulawesi Selatan mencapai 550,8 ribu ton. Sedangkan pada komoditas sayuran, data menunjukkan produksi sebesar 14,60 juta ton di Indonesia dan 575,3 ribu ton di Sulawesi Selatan.
Besarnya produksi buah dan sayuran di Indonesia juga sejalan dengan banyaknya kerusakan yang terjadi pada buah dan sayuran setiap tahunnya. Hal itu didasarkan pada data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2021 yang menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kehilangan sayur-sayuran sebanyak 62,8% sedangkan buah-buahan mencapai 45,5%. Kerusakan tersebut terjadi karena adanya berbagai hal, salah satunya karena buah dan sayur yang telah dipanen masih mengalami proses pematangan yang pada akhirnya akan mengarah pada pembusukan apabila tidak disimpan pada suhu dan kondisi peyimpanan yang tepat. Selain itu, kerusakan pada komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti terjadinya proses transpirasi kerusakan mekannis atau dapat juga disebabkan karena adanya kontaminasi mikroba penyebab pembusukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan dan pembusukan pada komoditas buah dan sayur agar kandungan gizinya dapat dipertahankan dan kesegarannya tetap terjaga dalam jangka waktu yang lebih lama (Pardede, 2020).
Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mempertahankan mutu produk pasca panen seperti penurunan kadar air, penyimpanan pada suhu rendah, dan penambahan zat aditif sebagai bahan pengawet. Namun, upaya tersebut dinilai kurang efektif karena terdapat beberapa kelemahan, seperti keterbatasan masyarakat dalam penyimpanan pada suhu dingin dan penambahan zat kimia yang biasanya menimbulkan efek samping. Terlebih lagi bila zat pengawet yang digunakan tidak diperuntukkan secara khusus untuk bahan pangan, yang justru akan menimbulkan masalah lain karena penggunaan pengawet sintetis dapat menyebabkan penyakit (Hadi et al., 2023). Pengaplikasian edible coating merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan untuk memperpanjang masa simpan buah dan sayur. Hal tersebut dikarenakan pengaplikasian edible coating dapat mengontrol keluar masukan oksigen dan karbon dioksida sehingga ketika diaplikasikan pada bahan pangan dapat menghambat terjadinya proses pematangan, mencegah transpirasi dan menghambat susut bobot. Oleh karena itu edible coating merupakan suatu metode yang dapat menjadi solusi untuk mengahadi permasalahan yang berkaitan dengan kesegaran bahan pangan, khususnya pada komoditas buah dan sayuran.
Mappoji merupakan produk edible coating yang hadir sebagai solusi dalam mengatasi kerusakan buah dan sayur serta dapat memberikan serangkaian manfaat pada saat digunakan. Produk ini memadukan tiga bahan dasar utama, yaitu daun kapuk randu, daun sirih, serta lidah buaya. Kandungan polisakarida pada lidah buaya seperti glukomanan dan antimikroba yang dapat digunakan sebagai bahan penyalut edible coating, tanaman randu mengandung antibakteri yang dapat dijadikan untuk pelapis (coating) pada buah atau sayur (Ifmalinda et al., 2023) dan daun sirih ini memiliki kandungan zat seperti minyak atsiri, fenol, kavikol, alkaloid, tannin, dan flavonoid yang mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri (Ayu., 2020) sehingga dapat menghambat pembusukan dan menghambat masa simpan buah dan sayuran dua kali lebih lama dari biasanya. Dengan serangkaian manfaat tersebut menjadikan produk mappoji sebagai salah satu alternatif cerdas untuk menjadikan buah dan sayuran tetap segar dan kandungan gizinya juga dapat dipertahankan. Selain itu, produk mappoji juga tidak menimbulkan efek samping, aman untuk dikonsumsi serrta bersifat biodegradable sehingga tidak mencemari lingkungan. Â Mappoji juga disertai dengan kemudahan dari segi pengaplikasian, yaitu menggunakan metode semprot (spray) atau dengan metode pencelupan (dipping). Ukuran kemasan yang ditawarkan juga bervariasi, dimulai dari ukuran kemasan 100 mL, 200 mL, dan kemasan 1000 mL sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Dengan adanya produk mappoji ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi masyarakat untuk dapat meminimalisir banyaknya sampah makanan terutama yang berasal dari komoditas buah dan sayuran yang terbuang setiap harinya, serta dapat mendorong terciptanya kebiasaan baru dalam memanfaatkan bahan pangan secara lebih efisien dan berkelanjutan.
Mappoji hadir sebagai solusi permasalahan kerusakan buah dan sayur serta mendukung keberlangsungan SDGs point konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H